Baru lalu, saya menyapa Hernowo Kasim via facebook, saya setengah curhat, nafsu membaca saya sedang kendor-kendornya, nyaris di titik nol. Membaca (baca:buku) nyaris gak pernah lagi, tergantikan aktifitas browsing, merasa kaya dengan beragam aksara, naskah dan literatur ilmu yang bersilweran disana. Intinya, merasa puas dan tak perlu lagi membaca buku.
Trus apa komentar hernowo? Tak semua bacaan yang anda baca di internet itu sama nilainya dengan membaca (Maksudnya: membaca buku), membaca buku bagi saya masih tak tergantikan. Begitu jelas si penulis andai buku sepotong pizza itu. Hmm
Memang benar, saya yakin banyak diantara kita yang berfikiran sama. Ngaku saja dech. Bahwa aktifitas kita di internet yang begitu kaya seakan-akan menihilkan buku-buku konvensional, kita lalu jarang ke toko buku, ke perpustakaan atau membaca ulang buku-buku kita yang lama. Kitapun sering beralasan, ah..buku seperti ini kan sudah ada ebooknya kenapa harus beli, kan bisa baca di internet, di komputer....hhhhh
Sebab kritikan Mas Hernowo itu, saya belajar membaca lagi dan coba-coba membandingkan perasaan ketika membaca buku dan ketika membaca e-book atau apapun di internet. Perbedaannya cukup besar bahkan signifikan. Membaca buku membuaht kita lebih termotivasi, lebih giat, lebih ingin membaca lagi.
Berbeda sekali ketika membaca artikel, jurnal, berita dan beragam literatur ilmu yang ada dunia maya, saya seperti hanya puas sesaat, sedikit sekali motivasi membaca lagi apalagi hingga membaca fikiran orang sampai tuntas. Sebaliknya, yang saya rasa sakit mata karena melototin laptop mulu.
Hal lainnya yang saya rasakan...membaca buku lagi, telah membangkitkan keinginan membuka-buka lagi buku-buku lama di rak, merasa perlu kalo ke kota harus mampir di toko buku dulu baru pulang, bahkan kaki juga tergerak ke perpustakaan. Dan yang paling dahsyat, selama ini saya tak pernah menulis lagi. gara-gara membaca buku lagi, keinginan menulis menjadi lebih besar dan lebih semangat, hasilnya, salah satunya tulisan yang sedang anda baca ini.
Saya ingin katakan membaca ebook, artikel atau literatur langsung di website, cenderung menjebak mata dan otak kita menjadi manja. Kemanjaan itu timbul akibat begitu instannya kita bis amendapatkan informasi di dunia maya ini. Betapa mudahnya kita mengetik kata kunci yang ingin kita tahu dan kita cari lalu dengan lengkap muncul di search enggine, Ternyata membaca cara begini begini, cara instan sehingga informasi yang kita dapatkan juga instan, ilmu yang kita dapatkan juga instan, lalu hilanglah ketekunan, keseriusan, bahkan juga motivasi untuk membaca lagi. Sialnya, kita kerap membaca fikiran orang setengah-setengah lalu buru-buru menghakiminya.
Faktanya lagi, karena kita bisa mendowload begitu banyak ebook ratusan bahkan ribuan ebook dengan cara instan bahkan gratis, nilai perjuangan kita mendapatkan ilmu itu hilang seketika. Padahal nilai perjuangan itu akan membekas jadi motivasi tersediri yang tak bisa di kalahkan. masih banyak fakta-fakta lainnya tentang dua jenis membaca ini, saya harap anda bisa membantu saya menambahkannya.
Akhirul Kalam saya ucapkan banyak-banyak terimakasih  buat Mas Hernowo yang membuka mata saya lagi, perlu baca buku lagi, perlu masuk perpustakaan lagi, perlu menyisihkan uang lagi untuk membeli investasi ilmu berupa buku yang sebenar-benarnya buku....wallahu a'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H