Mohon tunggu...
Ahmad Jumaili
Ahmad Jumaili Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Blogpreneurs | Penikmat Ide, Buku dan Kopi www.kakjhell.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Demokrasi Kita yang Kian Kusam

22 April 2019   13:15 Diperbarui: 22 April 2019   14:05 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang kita saksikan hari ini tentang fenomena politik uang cukup menggambarkan betapa suramnya parlemen dan lembaga pemerintahan kita 5 tahun kedepan. Betapapun garangnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), selama masyarakat pemilih masih menganggap, pesta pileg, pilgub sampai pildes hanya sebatas pesta "bagi-bagi uang" 5 tahunan, maka mustahil politik kedepan akan lebih baik.Sialnya lagi, para politisi rame-rame mengimani, politik uang ini sebagai satu-satunya jalan pintas menuju kekuasaan. Sehingga rakyat tidak meminta pun, mereka dengan senang hati memberi. Mereka sadar, tanpa memberi mereka tidak akan dipilih.

Pendapat sebagian orang, sistem proporsional terbuka salah satu penyebab praktik politik uang ini kian menjadi-jadi. Kontestasi dengan mengandaikan suara terbanyak yang terpilih, menjadikan caleg-caleg berebutan suara di dapilnya masing-masing dengan cara apa saja termasuk cara haram "politik uang".

Kontrol partai yang sebenarnya sangat diharapkan nihil, bahkan ada kecenderungan, partai melakukan pembiaran bahkan menghalalkan kelakuan calegnya sendiri. Moralitas menempati nomor keseratus. Nomor satu, caleg ini bisa menyumbang suara atau tidak untuk partai?

Sistem proporsional terbuka juga mengakibatkan proses rekrutmen dipartai berlangsung tidak adil. Peduli setan dengan kader militan, peduli setan dengan kapasitas dan kapabilitas personal, apalagi harus menilai urusan moral.  Partai sepertinya tak mau tau semua urusan begitu, yang paling penting adalah punya kedekatan personal, ditambah sedikit punya modal sosial dan duit, maka kun fayakun. Jadilah caleg maka jadi.

Walhasil, kapasitas dan moralitas caleg tak penting, yang penting si caleg bisa mendongkrak suara partai. Mekanisme Fit and Propper test yang mungkin pernah anda dengar bullshit samasekali. Proses itu prosedural bahkan boleh dibilang bohong-bohongan. Di sesi itu, jangan berharap anda diuji visi-misi atau kemampuan personal, paling yang ditanya berapa isi dompet, berapa potensi suara.

Mekanisme-mekanisme koruptif semacam ini sudah menjadi rahasia umum. Mirip kentut, ada baunya tapi tak keliatan wujudnya. Praktik ini lolos dari endusan aparat hukum terutama KPK. Sistem berlangsung sangat rapih. Hanya mungkin yang kecelakaan atau ketiban sial saja yang bakal keciduk seperti terdakwa-terdakwa yang sudah mendekam di penjara KPK.

Itulah yang terjadi dalam politik kita hari ini. Praktik politik uang dari partai hingga pemilih yang kita saksikan baru lalu adalah catatan buruk pemilu yang menandakan demokasi kita semakin kusam. Entah hingga kapan ini akan berlangsung. Politik 2024 saya kira masih tersisa harapan memperbaikinya. 

Semoga bermanfaat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun