Cedera yang diderita Vita di tahun 2004 ternyata menjadi sebuah "anugerah" untuk Butet. Butet mulai dipasangkan dengan Nova yang saat itu sedang "menduda". Pasangan Nova/Butet ternyata berhasil melebihi prestasi Nova/Vita sebelumnya.
Di usai yang belum genap 20 tahun, Butet sudah bisa menjadi Juara Dunia, tepatnya di tahun 2005. Rentetan prestasi seperti mengalir begitu saja bagi pasangan Nova/Butet. Hampir semua gelar bergengsi pernah direbut Butet bersama Nova, kecuali All England dan medali emas Olimpiade serta Asian Games. Prestasi tertinggi mereka di dua turnamen itu hanya menjadi runner up All Engalnd dan medai perak Olimpiade (tahun 2008). Bahkan Butet berhasil memenangi Kejuaraan Dunia keduanya di tahun 2007.
Selain di nomor ganda campuran, Butet juga meraih sukses di nomor ganda putri bersama sang senior, Vita Marissa.
Tahun 2010, Nova Widianto secara resmi menyatakan gantung raket. Saat itu lah Butet beberapa kali berganti pasangan. Walaupun begitu, Butet masih berhasil menjuarai Malaysia Open 2010 bersama Devin Lahardi.
Butet seperti menemukan lagi partner sejatinya kembali ketika dipasangkan dengan Tontowi Ahmad di tahun 2010. Beberapa gelar Super Series berhasil digenggam. Bahkan, gelar All England yang sebelumnya belum pernah diraih malah berhasil dimenangi bersama Tontowi sebanyak dua kali di tahun 2012 dan 2013. Butet juga sukses meraih gelar juara dunia ketiganya di tahun 2013 ini.
Sayangnya, satu gelar prestisius yang belum dimenangi Butet, yaitu medali emas Olimpiade masih urung didapat. Di Olimpiade 2012 lalu bahkan Butet tidak berhasil meraih satu medali pun.
Final siang nanti kita akan melihat dua playmaker terhebat di Indonesia akan saling mempertunjukan kepiawaian bermain di depan net dan mengatur serangan. Tapi, siapa pun yang menang nanti, mereka tetap menjadi playmaker terbaik Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H