Kesehatan mental merupakan variabel yang penting untuk mewujudkan kesehatan secara komprehensif. Kesehatan mental sendiri berbeda dengan sakit fisik pada umumnya. Terkadang masih banyak manusia yang tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan kesehatan mental. Ada juga masyarakat yang sudah paham dan sadar sedang mengalami gangguan kesehatan mental, namun masih enggan untuk pergi ke Psikiater dan Psikolog. Karena paradigma dari masyarakat adalah, jika seseorang pergi ke psikiater atau psikolog, maka orang tersebut dianggap gila. Padahal penanganan cepat dan tepat dapat mengurangi resiko keparahan dari orang yang mengalami gangguan gangguan kesehatan mental. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan mental adalah, yang pertama Faktor Biologi yang meliputi keturunan, Riwayat trauma di kepala, dana adanya gangguan anatomi fisiologi dan saraf, yang kedua faktor Psikologis meliputi Interaksi dengan orang lain, Perlakuan dari orang lain, intelegensia, konsep diri dan tingkat perkembangan emosional. Yang ketiga adalah Faktor Sosial yang meliputi Stabilitas keluara, Pola Asuh orang tua, tingkat ekonomi, nilai dan kepercayaan tertentu.Â
Di beberapa negara berkembang penanganan masalah kesehatan mental sudah menjadi prioritas utama sejajar dengan penanganan penyakit fisik dan penyakit menular. Menurut data dari WHO ( World  Health Organization)  dengan populasi manusia saat ini yaitu sekitar 8 Miliar.  1 Miliar orang diantaranya hidup dengan gangguan kesehatan mental. Berarti sekitar 12,5% populasi manusia di dunia mengalami masalah kesehatan mental. Masih menurut WHO 3,6% populasi di dunia menderita kecemasan, dan sebanyak 4,4% populasi manusia di dunia mengalami depresi, sebagian besar penderita berasal dari wilayah Asia Tenggara. Menurut data yang dilansir oleh Homewood Health United Kingdom menujukan bahwa, 47,5% perempuan  lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental dari pada laki-laki. Hal itu disebabkan karena wanita memiliki hormon estrogen dan progesteron yang lebih tinggi dari pada laki laki. Karena kedua hormon tersebut yang berhubungan dengan sistem saraf dan suasana hati pada perempun.
Salah satu gangguan kesehatan mental yang kerap kali tidak disadari oleh seoraang Individu adalah Narcisstic Personality Disorder (NPD). Orang yang mengalami NPD akan menggangap dirinya lebih berharga, lebih penting daripada orang lain. Orang dengan NPD tersebut memiliki kebutuhan yang tinggi untuk diperhatikan, dipuji, dan disanjung. Orang yang mengalami NPD memiliki rasa empati yang kecil kepada orang lain. Secara psikologis orang yang mengalami NPD sebenarnya memiliki kepribadian yang rapuh dan tidak bisa menerima masukan dan kritikan. Biasanya orang yang mengalami NPD hampir terlihat mirip dengan orang yang percaya diri, namun pada kenyataanya secara esensi berbeda. Seorang yang percaya diri, membangun kualitas diri beradasarkan dengan kesuksesan yang telah diraih, kemampuan yang dikuasasi dan nilai nilai kehidupan yang dipegang teguh. Semantara itu, seorang NPD hal yang mendasarinya adalah perasaan takut akan kegagalan, takut dianggap lemah, menginginkan seluruh perhatian hanya untuk dirinya sendiri, serta berupaya menjadi yang terbaik namun dengan dorongan yang tidak sehat.
Berikut ini adalah beberapa ciri orang yang mengalami NPD :Â
- Memiliki perasaan dirinya paling hebat dan paling baik daripada orang lain. Sehingga merasa dirinya penting bagi orang lain
- Sering memiliki fantasi dirinya pernah atau akan sukses
- Suka mengekploitasi, mengontrol dan memanipulasi orang lain, dengan kepentingan dirinya sendiri.
- Tidak memiliki rasa empati
- Selalu merasa iri dengan orang yang dirasa lebih dari dirinya, kerap juga merasa orang lain iri kepadanya
- Sangat butuh apresiasi, pujian dan sanjungan
- Menurutnya semua yang dilakukan orang lain adalah salah, bahkan jika kesalahan itu dilakukan oleh dirinya sendiri, dia merasa kesalahan itu karena orang lain.
Apa yang menyebabkan seseorang mengalami NPD ?
Menurut  (American Psychological Association, 2010)  NPD yang dialami oleh seseorang berasal dari genetik berdasar pada karakterisitik bawaan orang tua, lingkungan keluarga berdasarkan pada hubungan anak pada orang tua yang penuh dengan pujian ataupun kritikan yang berlebihan, trauma yang didapat di masa kecil, Verbal Abuse, Reaktivitas tinggi.
Pengobatan dari penderita gangguan kesehatan mental NPD biasanya, pasien akan diminta untuk berobat ke psikiater dan psikolog, apalagi jika NPD tersebut mengarah ke depresi dan stress. Â NPD bisa di kelola dengan manajemen diri yang baik. Melansir dari (Healthdirect Australia, 2021) Â melalui pendekatan dari psikoterapi yang bertujuan membangun self image yang realistis dan membantu seseorang tesebut memahamu lingkunagnnya secara positif.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H