Mohon tunggu...
Jihan Mawaddah
Jihan Mawaddah Mohon Tunggu... Penulis - Knowledge seeker

Halo, saya Jihan. Lifestyle blogger yang sedang belajar banyak hal. Yuk saling bertukar pengalaman lewat tulisan. Baca tulisan saya lainnya di www.jeyjingga.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Peran Tak Terlihat dari Petugas Kesehatan yang Menembus Batas Ruang dan Waktu

4 November 2024   22:39 Diperbarui: 4 November 2024   22:55 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
edited pribadi with Canva

"Dokter, perawat, pokoknya semua pekerja di Rumah Sakit hingga puskesmas adalah orang-orang yang hanya memikirkan keuntungan. Kamu dikasih obat biar apa? Biar balik kesana lagi." 

Suara-suara sumbang seperti ini seringkali menyayat hati saya sebagai seorang Ibu Rumah Tangga biasa.

Bagaimana bisa orang berpikir sejauh dan sekelam itu jika umat manusia masih membutuhkan tenaga medis? Bagaimana bisa kita berhasil melewati wabah yang disebabkan oleh virus, bakteri atau kuman jika bukan karena tenaga medis?

Padahal belum lima tahun peristiwa mengerikan terjadi di seluruh dunia. Menggemparkan dunia kedokteran yang masih belum menemukan vaksinnya. Hujatan, teriakan, dan fitnah berisi konspirasi-konspirasi tidak mampu menyelamatkan mereka. Bahkan tidak mampu menekan angka penularan. Namun suara-suara sumbang tersebut masih terasa menyakitkan.

Pahlawan Tanpa Tanda Bintang Kehormatan

Kita semua tahu dan sepakat bahwa para pekerja kesehatan adalah pahlawan kita semua. Sepanjang sejarah, terutama saat pandemi yang terjadi beberapa tahun silam, para petugas kesehatan tetap berada di garis depan perlawanan untuk merawat orang sakit.
Tidak hanya merawat dan mengobati pasien, tapi juga mengelola tingkat stres dan kesedihan diri mereka sendiri yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Ada sebuah kisah yang masih jelas dalam ingatan bagaimana Covid-19 dulu begitu menakutkan. Apalagi sebelum datangnya vaksin yang memberikan sedikit harapan.

"Bismillah ya. Kalau kita lakukan semua ini ikhlas karena Allah, insyaAllah keluarga kita juga ditolong Allah. Rumah Sakit kekurangan orang banget. Jadi bersabar dulu ya. InsyaAllah suamimu ini ngga kenapa-napa."

Saat mendengar kabar di gelombang pertama Covid-19 menggerogoti segala sendi kehidupan umat manusia di dunia ini, saya sempat khawatir dengan risiko kerja suami. Meskipun ia bukan seorang petugas medis di Rumah Sakit, tetap saja ia jelas akan lebih banyak terpapar virus dibanding orang lain.

Tak terbayangkan dengan dokter, perawat dan tenaga medis lain yang tentu lebih dekat dengan risiko tertular. Seperti apa perasaan keluarganya? Bagaimana jika mereka tidak selamat ketika dirinya sendiri sedang bertugas untuk menyelamatkan orang lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun