Mohon tunggu...
Jihan Mawaddah
Jihan Mawaddah Mohon Tunggu... Penulis - Knowledge seeker

Halo, saya Jihan. Lifestyle blogger yang sedang belajar banyak hal. Yuk saling bertukar pengalaman lewat tulisan. Baca tulisan saya lainnya di www.jeyjingga.com

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Setiap Hari Stoik - Tak Selalu Harus Menjadi yang Teratas dalam Segalanya

10 Februari 2024   12:23 Diperbarui: 10 Februari 2024   12:25 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa hal, saya suka uring-uringan kalau saya gagal. Kadang sampai terbawa ke alam bawah sadar dan berlanjut ke mimpi. Kadang saya juga menyalahkan diri sendiri. Meskipun tidak berlangsung lama, namun saya sadar emosi yang keluar adalah hal buruk yang sebaiknya harus segera "dipangkas" atau "dihilangkan".

Sampai akhirnya saya membaca pelajaran di hari ke-30 dari buku Setiap Hari Stoik karya Ryan Holiday.

Pelajaran Hari ke-30 dari Setiap Hari Stoik 

Dalam pelajaran kali ini kita diajak merenungkan frasa di bawah ini :

Bila kamu ingin memperbaiki diri, cukuplah dengan terlihat tidak tahu atau bodoh dalam hal-hal yang tak berhubungan denganmu - jangan berkeinginan untuk terlihat berpengetahuan. Dan bila ada yang menganggapmu sebagai orang penting, jangan percayai dirimu. (Epictetus, Enchiridion, 13a)

Ryan Holiday seolah menampar saya dengan kalimat-kalimatnya, agar tidak ambisius terhadap segala sesuatu. Ya, segala sesuatu. Karena tak selalu harus menjadi yang teratas dalam segala hal kok. Apalagi di zaman yang informasi sangat cepat menyebar dalam hitungan menit.

Oleh karena itu salah satu hal terkuat yang dapat kita lakukan sebagai seorang manusia di dunia media kita yang sudah terhiperkoneksi selama 24 jam 7 hari ini adalah berkata, "Aku tidak tahu," atau yang lebih provokatif lagi, "Aku tak peduli."

Karena kebanyakan masyarakat tampaknya sudah menganggap nonton serial Netflix apapun, tahu berita apapun, mengikuti berita dengan setia tanpa ampun dan selalu up to date dan menampilkan diri kepada orang lain sebagai "si paling tahu" adalah perintah Tuhan. Kalau anak zaman sekarang sih bilangnya FOMO alias Fear Of Missing Out, dan kalau kita tidak mengikuti perkembangan itu semua, seolah kita menjadi manusia yang paling berdosa, salah, dan patut dihakimi. 

Iya ngga?

Tapi kalau dipikir-pikir kembali, sebenarnya itu semua perlu ngga sih? 

Mana buktinya kalau semua itu perlu? Apakah kewajiban tersebut adalah sesuatu yang harus kita lakukan dan jika tidak dilakukan artinya kita melanggar hukum? Atau apakah kita hanya takut terlihat konyol di mata teman-teman saat berkumpul? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun