Saya percaya bahwa setiap orang berhak menjadi orang yang baik, seburuk apapun masa lalunya, sepahit apapun yang dihadapinya di masa lalu. Jadi saya tahu bagaimana perasaan Dolly ketika ia harus berjuang memulihkan nama baiknya ketika ada kompleks lokalisasi terbesar di Asia Tenggara mencatut namanya.
"Padahal mereka yang kaya, mereka yang bikin bisnisnya menggurita dari lokalisasi, saya ngga menerima sepeserpun rupiah kok. Ya memang saya yang membangun pertama kali, tapi bukan saya bukan germo. Saya bangun lalu saya sewakan, lalu kenapa nama saya yang dijadikan tempat lokalisasi itu?" Â Begitu kurang lebih penuturan Dolly ketika masih hidup dan diwawancarai oleh Jakarta Post.
Makam Dolly yang Bersih dan Tenang
Saat mengunjungi Makam Dolly, kami harus melewati banyak makam tokoh-tokoh ternama yang nanti akan saya ceritakan di artikel selanjutnya. Ada begitu banyak makam yang terbengkalai tak terawat, beberapa makam bahkan tertutup sebagian oleh tanaman liar karena memang ngga ada yang mengurus. Ahli warisnya ngga ada, begitu pun teman terdekat yang mengunjunginya.
Sedangkan pihak TPU Nasrani yang berada di bawah kendali Dinas Lingkungan Hidup terbatas tenaga dan waktunya untuk ikut mengurus makam-makam yang terbengkalai tersebut.Â
Makam Dolly termasuk yang beruntung karena berada di jalur yang tidak sulit. Sehingga makamnya masih terjangkau oleh teman-teman DLH untuk dibersihkan dan dirawat meskipun tidak ada ahli warisnya.Â
Dolly beristirahat di makam ini sejak 15 September 1992 silam.Â
