Mohon tunggu...
Jevi Saputra
Jevi Saputra Mohon Tunggu... Human Resources - hanya manusia biasa yang pada akhirnya kembali ke tanah

S1 Ekonomi Pembangunan, S2 Manajemen, Penulis. Pembaca. Ig. @Jevi_Chatib Fb. Jevi Saputra "Menerobos dinding kebodohan dan membuka pintu dunia menjelajah cakrawala dengan selalu menggali ilmu dengan membaca"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jamur Korupsi di indonesia

26 Oktober 2021   11:22 Diperbarui: 26 Oktober 2021   11:24 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Korupsi di indonesia sudah menjadi budaya dan kebanggan bagi yang melakukannya dari masa Orde lama sampai sekarang kecambah-kecambah itu semakin banyak, mungkin setiap hari berita yang ada di television hanya mengabarkan 60 persen tentang korupsi baik golongan elit yang ada di DPR, Kepala Dearah, yang nilainya bisa mensejahterakan masyarakat miskin bukan lagi jutan tapi triliunan uang yang katanya untuk rakyat dicuri.

kalau kalangan elit mungkin kita sudah lumrah mendengarnya bahkan sudah bosan dengan kelakuan pejabat-pejabat indonesia, nah sekarang jamur itu malah muncul pada pedesaan. ini sungguh memprihatinkan uang katanya untuk pembangunan desa agar rakyat nyaman untuk memperbaiki ekonomi mereka malah di mark up dari segi dana, material yang tidak sesuai dengan seharunya.

banyak sekali kepala desa di tangkap oleh KPK karena mark up anggaran contoh yang terjadi di desa-desa banyak temuan dari BPK atas ketidak sesuaian pekerjaan misalnya pembuatan Drainase yang seharusnya panjang 100 meter menjadi 50 meter, besi 16 di ganti dengan besi 12 sehingga bangunan yang di bangun tidak kokoh, dan ada juga pembuatan jalan rigit beton pinggirnya di semen tebal kemudian tengahnya di timbun kerikil sehingga sedikit memakan semen dan batu saat pengecoran. ini adalah contoh kecil jamur itu tumbuh.

dengan dana desa yang begitu besar dari pemerintah pusat di era jokowi ini membuat orang-orang berebut ingin menjadi kepala desa yang dulu seakan enggan untuk mengurus  masyarakat sekarang malah menjadi jargon setiap kepala desa untuk mengambil simpati masyarakat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun