Mohon tunggu...
Esau Jeverson Sukan
Esau Jeverson Sukan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa sekolah tinggi filsafat teologgi.GKI.I.S.Kijne Jayapura.

INTELEKTUAL

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mau Gelap Senja Pun Akan Berlalu

25 Februari 2023   13:27 Diperbarui: 25 Februari 2023   13:30 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu hari kami berada di depan warung  yang menjual aneka masakan padang  di kota jayapura.

Kami menuturkan cerita sederhana di waktu sore, tidak lama kami pun memandang ke sebarang jalan ada seseorang yang duduk termenung wajahnya pun murung. Kami pun menyapanya lalu kami bergegas untuk menemuinya dia adalah seorang laki-laki berusia 20an ke atas yang sekilas tampak masih mudah. Dia lebih banyak duduk di depan warung sambil memperhatikan suasana di sekitarnya.

Kami duduk sambil bercerita kehidupan dan pengalaman kami. Sambil merokok dan mengunya buah pinang, saudara itu mengatakan bahwa ia sedang mencari kehidupan yang layak,dan baik. walaupun saya hidup di jalanan.

Kami pun bertatapan muka dan kaget ketika ia merasa bahwa hidup dijalanitu lebih baik? kami berpikir sejenak, lalu meminta saudara itu untuk melanjutkan ceritanya.

Tidak lama kemudian teman kami datang dengan membawah makan minum bagi kami dan saudara itu yang tampak berasa ingin makan. Setelah makan kami bercakap-cakap sebentar.

Aku bertanya pada teman-temanku tentang kehidupan di jalan yang baru saja kami bertemu denganya.

"Ya memang kehidupan anak jalan seperti itu yang maunya dimana tempat mereke merasa nyaman mereka tinggal.

"Oh berarti itu tadi saudara itu ia stres?," tanyaku penasaran.

"Ah, jangan kamu mengadah-ngadah," jawab teman-teman.

"Itu tadi saya menganalisa dan menatapnya. Setiap kami bercerita tadi apa yang ia bicara sangatlah nyambung dengan pembicaraan kita saat ini? " tanyaku pada mereka.

Ah, sudah karena sudah mau gelap senja pun akan berlalu mari kita kembali bertemu saudara itu kita pun bergandengan tangan satu sama lain lalu kami berdoa, dan bergumul meminta belas kasihan Tuhan bagi kehidupan saudara terkasih dan kami semua. Sepeningalnya kami dari tempat itu kami pulang ke rumah kami masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun