Anak terlahir karena cinta ibu dan bapaknya, anak terlahir juga atas ijin dan karunia Tuhan, sehingga orang sering menyebut ANAK ADALAH TITIPAN TUHAN, yang artinya kita harus menjaga dengan baik dan memperlakukannya juga dengan penuh kasih. Sudah sepantasnya jika seorang ibu lebih dekat dan memahami anaknya, karena ibulah yang memberi kehangatan dan perlindungan sejak dalam kandungan, ibulah yang menjadi jalan hidup anak lewat air susu yang diberikan setiap saat di masa bayinya.
Semua orangtua pasti akan menginginkan anaknya tumbuh dengan baik dan sehat, pandai dan memiliki masa depan yang cerah. Tidak ada orangtua yang ingin melihat hidup anaknya menderita. APAPUN AKAN DILAKUKAN DEMI ANAK, inilah niat dan kalimat yang sering terdengar dan diucapkan oleh orangtua. Dan niat ini memang benar dilakukan oleh setiap orangtua sebagai bentuk tanggungjawabnya pada anak dan Tuhan. Dia ingin anaknya menjadi anak yang terpandai, terhebat terkenal dan segala yang ter...baik di sekolah maupun dalam masyarakat. Betapa bangganya memiliki anak seperti itu. Ambisi orangtua yang biasanya lebih nampak pada para ibu tanpa melihat dan mempertimbangkan kemampuan dan kenyamanan jiwa anaknya. Sehingga bukanlah pemandangan yang aneh bila saat ini terlihat betapa anak tidak memiliki waktunya sendiri sebagai layaknya seorang anak. Seluruh waktunya habis untuk sekolah, mengikuti segala macam les dan kursus juga lomba dan pertandingan di luar jam sekolahnya. Orangtua akan bangga bila sudah bisa menjejali anaknya dengan segala macam kegiatan itu tanpa mau tau bahwa anaknya sesungguhnya juga memiliki keinginan untuk menikmati masa kanak-kanak dan juga memiliki keinginan sendiri yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Tetapi orangtua lebih memilih membentuk anaknya sesuai dengan perhitungan dan ambisinya sendiri, tanpa peduli pada talenta yang diberikan Tuhan pada anaknya, tanpa peduli pada waktu yang seharusnya dilewati anak dengan kebahagiaan dan keceriaannya. Waktu yang tidak bisa diulang dan tidak bisa didapat kembali. Semua DEMI MASA DEPAN anak, itulah pemikiran sebagian besar orangtua terutama di masa sekarang ini, untuk menutupi keterbatasan waktu yang bisa diberikan pada anaknya.
Vira adalah seorang anak yang manis dan pandai, saat ini tercatat sebagai siswi di sebuah SMP yang BERSTANDART INTERNASIONAL dan berada di kelas AKSELERASI. Dia selalu membuat bangga dan bahagia kedua orangtuanya karena selalu menjadi juara di sekolahnya sejak TK. Dia tidak pernah membuang waktunya sedikitpun untuk tidak belajar, di manapun dan kapanpun. Sepulang sekolah seringkali ia langsung mengikuti BIMBEL sampai sore dan masih disambung dengan kursus piano dan bahasa inggris. Vira memang melakukan semua kegiatannya itu dengan patuh dan disiplin sejak kecil karena tuntutan dan pembentukan orangtuanya, dan dia memang tidak pernah bermain di luar rumahnya. Dalam pikiran selalu bergaung suara ibunya "kamu harus menjadi juara". Hebat dan membanggakan karena Vira tidak pernah mengecewakan ibunya.
Namun di luar segala yang membangaakan itu Vira memiliki beberapa masalah, dia sulit makan sejak kecil sehingga badannya sangat kurus, mukanya pucat tak ada sinar kebahagiaan serta kelincahan seorang anak, sangat sering sakit bahkan harus di opname di rumah sakit. Dia sangat pendiam dan cenderung murung, kalau tersenyum kesannya terpaksa dan kurang peduli pada lingkungan atau orang di sekitarnya. Saat sedang ada acara atau pertemuan keluarga besar, dia lebih senang menyendiri membaca buku atau membuka laptopnya, selalu menolak ajakan saudara dan teman seusianya untuk bermain. Dia juga tidak tertarik dengan celoteh, canda, mainan atau tingkah laku yang lucu dari saudara-saudaranya yang sebaya. Selalu nampak gelisah dan kurang nyaman bila tanpa buku di tangannya.
Vira yang cantik, yang selalu membuat bangga ibunya, yang selalu menjadi juara, yang selalu membaca buku. Tetapi dia juga Vira yang selalu berwajah murung dan pucat, yang selalu membawa buku dan menyendiri, yang sulit tersenyum dan tertawa lepas, yang sulit makan dan sering sakit, selalu gelisah di tengah keramaian keluarga. Inikah sebuah keberhasilan orangtua dalam mendidik anak?!
Ibu, ambisimu bukanlah ambisi anakmu, biarkanlah anak berkembang sesuai waktunya, biarkanlah anak menikmati waktu dan masanya, karena waktu tidak bisa diulang lagi. Hanya pendampingan dan pengarahan untuk mendukung talenta anak yang bisa kita berikan, tanpa memaksakan ambisi sendiri. Anak bukan robot dan bukan alat untuk melampiaskan segala keinginan atau ambisi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H