Mohon tunggu...
Akhri Jetendra Djachrir
Akhri Jetendra Djachrir Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Coretan di Angka 18:19

15 September 2013   17:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:51 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Aku yakin besok atau lusa sosok pejuang di Negeri ini akan kembali meneriakkan kemenangannya. Jangan cemas bung, karena sebelumnya di Negeri kita ini telah melahirkan banyak pejuang-pejuang seperti itu " #AJD

tak henti-hentinya rangkaian kata itu ucapkan dalam pikiranku.
sebab aku percaya, akan ada hari di mana sosok itu akan tersenyum kepada seluruh jiwa di negeri ini.
siapkah anda tersenyum untuk itu?

* * *
Di tahun ini 2013, tidak sedikit orang yang berkata bahwa ini adalah tahun di mana penduduk negeri ini mempersiapkan diri untuk turut dalam "Pesta demokrasi"
Euforia apa yang akan terjadi di dalamnya?
itu bukan yang pokok pembahasan dalam tulisan ini.
* * *

Lihat wajah-wajah mereka. berlomba-lomba menjadi "kambing congek" oleh calon-calon itu.
tidak sadarka kita?
siapa sosok itu?
siapa mereka?
yah, orang-orang itu.
orang-orang yang tidak jelas dari mana asalnya, lalu dengan "PEDEnya" memajang tampangnya di persimpangan, pinggir-pinggir jalan dengan media baligho, dan meminta kita untuk memilihnya?
hanya dengan bermodal janji-janji, yang sebenarnya janji-janji yang mereka umbar itu telah menjadi hak kita sebelumnya.
Sadarkah kita tentang hal itu?..
mereka asyik memainkan dramanya yang busuk di depan kita.
karena itu kita jangan mau bodoh untuk terlena dalam sandiwaranya. mereka adalah orang-orang yang tidak jelas dari mana asalnya, hanya karena punya banyak uang, lalu mereka akan membeli sejarah kita.
jangan biarkan itu bung.

kita terlalu banyak takut..
(jangan pernah menghamba kepada ketakutan, sebab ketakutan hanya akan memperpanjang barisan perbudakan #wiji tukul)
yah.. kita terlalu takut untuk mati karena kelaparan. #soal perut
padahal jika kita sadar.. kelaparan itu tidak akan terjadi jika Negeri ini di pimpin oleh seorang Pemimpin.
President atau Ketua atau orang nomor 1 belum tentu seorang pemimpin. #ingat.

karena itu bung.. bungkus ketakutan kita. kubur dia di sudut pikiranmu yang tak akan kita pikirkan lagi hingga kau tak mampu berfikir.
ceritakan kepada anak mu kelak bahwa kita akan berhenti menjadi saksi pembodohan di negeri ini.
cukup sudah sandiwara ini.
karena kita tahu siapa pemimpin itu.

* * *
esok jika mentari telah menghilang di ujung barat.
sedih itu menghilang seiring kepergiaan cahayanya.
persiapkanlah senyummu untuk hari esok.
karena pejuang itu akan kembali di hadapan kita.

aku ingin kita sadar bung.
buka mata lalu menatap generasi-generasi yang akan melanjutkan cerita di Negeri ini.

@tendradjachrir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun