"Tidak zamannya lagi melihat kemampuan guru hanya pada kompetensinya. Menjadi guru tidaklah mudah. Hanya orang orang tertentu yang bisa jadi guru". Ini kata mas mentri pendidikan kita, Nadiem yang saya baca dan langsung saya bagikan di group wa teman2 guru di SMK tempat saya mengajar selama 20 tahun ini, maksudnya untuk memberi semangat kepada sesama rekan2 guru yang akhir akhir ini cukup dipusingkan dengan PJJ (pembelajaran Jarak Jauh) selama pandemi covid 19.
Tentu bukan hal mudah untuk guru2 senior yang harus berinovasi dengan teknologi digital saat ini, sayapun butuh bantuan anak saya untuk memperlancar acara mengajar saya . Sesulit apapun kami guru2 tetap semangat 45, mengupayakan segala sesuatu yang terbaik untuk anak anak didik kami walaupun dengan segala keterbatasan yang ada. Sayapun sempat mebayangkan rekan2 guru ditempat2 lain yang kesulitan koneksi internet, harus
mengeluarkan uang extra untuk kuota internet, suasana rumah yang tidak mendukung dan lain lain tapi semua tetap semangat.
Di raker guru kemarin, kami berupaya mengolah  rencana pengajaran yang mengimplementasikan program mas mentri "Merdeka Belajar" yang tentunya disesuaikan dengan new normal saat ini.
Saya masih ingat, sejak kecil saya bercita cita menjadi guru mengikuti jejak Ibu tetapi beliau malah melarang saya menjadi guru katanya menjadi guru tidak bisa kaya. Akhirnya saya mengikuti saran beliau bersekolah di SMK Pariwisata sehingga setelah lulus saya bisa langsung bekerja. Tapi cita cita ini tetap saya kejar, dan pada akhirnya saya mendapat kesempatan untuk mengajar dan mengabdi di sekolah pariwisata tempat saya sekolah dulu. Jadilah saya salah satu alumni yang mengabdi kepada sekolah ini.
Kebahagiaan seorang guru apabila melihat murid murid yang sudah berhasil dan sukses. Saya sering bertemu murid murid yang sudah sukses dalam keseharian saya. Tentu saja saya tidak mengingat nama nama murid saya yang sudah seribuan. Hanya beberapa anak dengan hal hal khusus yang bisa saya ingat (yang paling pintar, yang paling nakal, yang paling banyak bertanya dan paling2 yang lainnya). Mereka tentunya juga sudah berbeda bukan lagi anak anak polos dengan seragam sekolahnya. Semuanya menjadi gagah dan cantik.
Pernah suatu hari saya memesan kopi di Starbuck. Tanpa bertanya si Barista langsung menuliskan nama saya, mengulang pesanan saya dan sambil tersenyum dia berkata, Bu, aku Tika, murid Ibu. Dia tidak menerima pembayaranku dan aku mendapat gelas ukuran yang paling besar.
Di kesempatan lain, pada saat anak saya menikah, dan saya mau di makeup ternyata make up artistnya ex murid juga. Banyak lagi kemudahan2 lain yang saya alami pas bertemu dengan murid murid yang sudah tersebar dimana mana dengan sukses yang berbeda beda.
Guru tetaplah sama, tidak pernah mengharapkan balasan apa-apa, Â sudah sangat senang dan bangga melihat murid murid yang sukses dan berhasil diduia yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H