Sejak kecil, saya terbiasa dengan kehadiran alat-alat musik di rumah. Ayah saya yang bekerja sebagai guru musik memiliki hobi mengoleksi alat musik, baik yang modern maupun yang tradisional. Selain itu, beliau juga mengajari saya dan keempat saudara saya untuk bermain musik. Salah satunya adalah alat musik tradisional Batak Toba yang disebut dengan taganing.
Taganing merupakan seperangkat gendang bersisi satu dengan ukuran  dan bunyi yang berbeda. Instrumen ini harus disusun secara teratur lalu dipukul dengan menggunakan dua buah tongkat kayu. Bunyi yang dihasilkan berupa ritme dan melodi yang harmonis sehingga menghadirkan suasana yang gembira. Harmonisasi taganing ini mengingatkan saya mengenai keharmonisan berbangsa yang penting untuk dijaga oleh generasi muda Indonesia.
Taganing terdiri dari lima buah gendang berbentuk tabung dengan ukuran dan nada yang berbeda, yaitu odap-odap, paidua odap-odap, painonga, paidua ting ting dan ting ting. Kelima gendang tersebut harus dimainkan secara bersama-sama agar tercipta harmonisasi yang indah.
Seperti taganing yang memiliki lima gendang yang berbeda, generasi muda Indonesia juga terdiri dari suku, adat istiadat, latar belakang pekerjaan dan pendidikan yang berbeda-beda. Meskipun demikian, kita harus saling bekerja sama demi terciptanya situasi yang harmonis dan toleran di negara kita.Â
Bukankah perbedaan pun merupakan rahmat dari Yang Maha Kuasa?
Menjaga keharmonisan berbangsa di era digital merupakan suatu tantangan yang dihadapi oleh generasi muda saat ini. Kemudahan dalam mengakses informasi seringkali tidak dibarengi kemampuan untuk memvalidasi; memilah dan memilih informasi dengan tepat. Oleh karena itu, kita perlu bersikap kritis, tegas serta tidak reaktif dalam meninjau isu atau masalah yang terjadi. Pun, kita tidak boleh ikut-ikutan menyebarkan hoaks atau ujaran kebencian yang dapat memicu munculnya kerusuhan dan perpecahan.
Taganing juga harus disusun secara teratur. Mulai dari odap-odap (gendang paling besar) yang ditaruh paling kanan sampai ting ting (gendang paling kecil) yang diletakkan paling kiri. Keteraturan posisi kelima gendang ini akan memudahkan taganing untuk dimainkan sehingga nada yang dihasilkan pun tidak menjadi sumbang.Â
Demikian halnya dengan generasi muda juga perlu membangun pola hidup yang teratur dan tertib, baik di lingkungan sekolah, pekerjaan maupun tempat umum. Kita harus menunjukkan perilaku disiplin dan taat terhadap peraturan yang berlaku sebagai wujud nyata upaya menjaga keselarasan dan ketertiban bermasyarakat. Mulai dari hal sederhana seperti teratur saat mengantri, membuang sampah pada tempatnya, mematuhi peraturan lalu lintas, menggunakan helm saat mengendarai motor, dan lain sebagainya.
Seperti taganing yang hanya bisa berfungsi bila sisinya dipukul dengan menggunakan dua buah tongkat kayu (palu-palu), begitu pula kita akan mampu berkarya secara nyata bila hidup kita 'dipukul' atau didorong oleh rasa cinta yang besar terhadap bangsa dan negara.
Rasa cinta Indonesia yang semakin redup di kalangan generasi muda dapat disemarakkan kembali dengan berbagai cara yang sederhana. Kita dapat berperan serta melestarikan budaya, baik secara lisan dalam kehidupan sehari-hari maupun secara tulisan di media sosial. Misalnya, membiasakan diri berbahasa Indonesia atau berbahasa daerah dan membagikan nilai-nilai positif yang bersumber dari kearifan lokal kepada orang lain.Â