Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat memiliki peran yang penting dalam pendidikan anak. Keluarga menjadi sekolah pertama bagi anak; suatu lingkungan dimana anak mulai mengenal interaksi dan sosialisasi dengan orang lain. Anak belajar untuk berbicara, bekerja sama, beretika dan bersopan santun dengan anggota keluarga di rumah. Kemudian, kebiasaan itu akan menetap dan dibawa  oleh anak saat ia berada di lingkungan luar rumah seperti sekolah, tempat bermain, ruang publik dan lainnya.
Cara anak dalam belajar dan berperilaku cukup unik. Salah seorang tokoh psikologi yaitu Albert Bandura melakukan  suatu penelitian yang dikenal dengan  "Bobo Doll Experiment". Bobo Doll adalah sebuah boneka yang dapat berdiri kembali setelah dipukul. Di dalam uji coba tersebut, anak mengamati seorang model, yaitu orang dewasa yang bertindak agresif dan memukul boneka.Â
Bandura menemukan bahwa anak yang ditunjukkan model yang bertindak agresif terhadap boneka cenderung melakukan tindakan yang sama agresif dibandingkan dengan anak yang tidak ditunjukkan sama sekali.  Hasil ini menjadi bukti empiris terhadap teori pembelajaran sosial yang membantu menjelaskan bagaimana anak belajar dengan mengamati, meniru dan mengimitasi perilaku orang-orang di lingkungan sekitarnya.
Setiap keluarga memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda. Pengasuhan orangtua dalam keluarga yang tinggal di kota besar memiliki perbedaan dengan keluarga yang tinggal di desa. Cara pengasuhan orangtua di tahun 1980-an dengan tahun 2000-an juga sudah mengalami perubahan. Hal ini menegaskan bahwa pola asuh tidak bersifat kaku atau baku, melainkan perlunya dilakukan penyesuaian dengan kondisi dan kebutuhan anak di keluarga masing-masing. Namun, ada satu hal yang tidak berubah yaitu orangtua menjadi model pembelajaran bagi anak-anaknya.
Anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Lingkungan yang akan diamati dan ditiru adalah perilaku orang-orang di sekitarnya, yaitu orangtuanya. Hal ini berarti bahwa orangtua menjadi figur guru yang mendidik dan mengajar sekaligus menjadi teladan (role model) utama bagi anak. Apabila orangtua menunjukkan hal-hal yang baik dan sopan, maka anak cenderung mengerjakan hal yang serupa. Demikian pula sebaliknya.
Lingkungan juga akan merespon atau menanggapi perilaku meniru yang dilakukan anak dengan hadiah atau sanksi. Jika anak memperoleh hadiah sebagai dampak dari peniruan yang dia lakukan, maka anak akan cenderung melanjutkan perilaku tersebut. Sebaliknya, bila anak dihukum atas suatu perilaku, maka anak akan cenderung menghentikannya. Misalnya, anak yang mendapat pujian karena memberi salam dengan sopan cenderung mengulanginya di kemudian hari. Sedangkan anak yang dihukum karena memukul temannya cenderung akan menghentikan perilaku tersebut.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua dalam keterlibatannya untuk menyelenggarakan pendidikan anak, antara lain:
1. Menjadi teladan atau model yang konsisten bagi anak
Orangtua perlu konsisten dalam mengerjakan hal-hal yang disampaikan pada anaknya. Â Misalnya, apabila orangtua menerapkan disiplin bangun pagi untuk anak, maka orangtua lebih dulu menunjukkannya sehingga anak dapat mengamati dan menirukan perilaku tersebut. Dengan demikian, anak tidak menjadi bingung atau dilema dengan adanya perbedaan antara apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orangtuanya.
Satu hal yang jarang disadari adalah anak lebih cenderung mengimitasi atau menirukan orang yang mirip dengan dirinya. Anak laki-laki meniru ayah, sedangkan anak perempuan meniru ibu. Hal ini menjadi satu aspek penting dalam pengasuhan yaitu pentingnya kehadiran sosok ayah sebagai model atau teladan dalam tumbuh kembang anak laki-laki. Aktivitas, penampilan dan minat yang secara normatif dilakukan oleh peran laki-laki akan lebih mudah dipahami dan dikerjakan oleh anak bila didampingi oleh ayah.
Dalam mengasuh anak, orangtua butuh melakukan aktivitas bersama yang dapat mengembangkan kedekatan emosional. Orangtua perlu memberikan waktu, dukungan dan hadir untuk anak.
Tantangan di era milenial, seringkali orangtua dan anak melakukan aktivitas seperti berlibur atau makan bersama namun tidak saling terhubung karena sibuk dengan gawai masing-masing.Â
Oleh karena itu, orangtua dihimbau menyediakan waktu berkualitas yang disesuaikan dengan kondisi dan rutinitas keluarga masing-masing. Satu jam saja namun berkualitas lebih berarti dibandingkan berjam-jam bersama dengan anak namun tidak saling terhubung. Orangtua dapat memilih aktivitas atau kegiatan bersama yang mengembangkan minat bakat sekaligus menyenangkan bagi anak. Misalnya, membaca buku cerita, berkebun, memasak, bermain musik, dan lain sebagainya.
Di dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak, orangtua juga perlu merencanakan dan mempertimbangkan fasilitas pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemauan anak serta kemampuan ekonomi keluarga.
Orangtua dapat mendiskusikan tentang kondisi fisik, psikologis dan sosial anak dengan guru di sekolah atau tenaga profesional seperti psikolog atau dokter, sehingga hasil penilaian tentang anak akan lebih objektif. Misalnya, anak yang berminat dan berbakat dalam  musik lebih cocok diberikan alat musik atau les musik, bukan memaksakannya untuk ikut kursus melukis atau kursus bahasa.
Satu lagi, orangtua sebaiknya melihat kemauan dan kapasitas anak. Jangan sampai anak merasa kesulitan bahkan kelelahan dengan semua aktivitas pembelajaran yang ditentukan oleh orangtua. Terlebih, bila anak dipaksa untuk mengikuti kegiatan yang tidak sesuai dengan kemauan dan kemampuan anak, maka anak akan merasa tidak nyaman dan tertekan selama menjalani pembelajaran. Misalnya, seorang anak kelas 2 SD yang dikutkan les membaca dan bahasa setelah pulang sekolah merasa kelelahan, bosan dan akhirnya mogok sekolah. Ketika aktivitas belajar yang terlalu padat dikurangi, perlahan anak mulai semangat dan siap untuk belajar dan bersekolah.
4.Melatih kedisiplinan dan tanggung jawab anak
Selain mengembangkan kedekatan emosional dengan anak, orangtua juga perlu melatih kedisiplinan dan tanggung jawab anak. Kedisplinan menumbuhkan sikap mandiri dan tanggung jawab yang akan membantu mempersiapkan anak memasuki tahap perkembangan berikutnya. Misalnya, disiplin bangun pagi, menjaga kebersihan, mengerjakan pekerjaan di rumah, dan lain sebagainya. Â
Contohnya, salah seorang rekan kerja menceritakan bahwa ia pernah diminta oleh anaknya untuk mengambil buku yang ketinggalan di rumah dan mengantarkannya ke sekolah. Rekan kerja saya tidak memenuhi permintaan anaknya. Ia hanya menyampaikan bahwa anak perlu belajar dari kelalaiannya sehingga ia akan lebih bertanggung jawab di kemudian hari.
5. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait
Aktivitas anak tidak hanya dilakukan dalam rumah, melainkan juga di sekolah dan lingkungan sekitar luar rumah. Dengan demikian, model pembelajaran anak juga bukan hanya orangtua, tetapi juga guru di sekolah, tetangga di lingkungan sekitar, dan tokoh atau figur yang ditonton oleh anak di media. Selain itu, orangtua juga tidak dapat mengawasi dan hadir bagi anak selama 24 jam sehingga dibutuhkan koordinasi  yang aktif dan kerjasama yang baik antara orangtua dengan berbagai pihak yang terkait, seperti guru di sekolah, pelatih anak di kegiatan ekstrakurikuler, ketua RT/RW di lingkungan sekitar rumah dan pihak lainnya.  Dengan demikian, orangtua dapat mengetahui informasi yang akurat dan terpercaya mengenai perkembangan atau permasalahan yang dialami oleh anak.
"Anak menutup telinga terhadap nasehat, tetapi membuka mata mereka terhadap contoh dari perilaku Anda" (Anonim)
Orangtua adalah sosok model dan teladan utama yang dicontoh oleh anak. Meskipun tidak ada orangtua yang sempurna, namun selalu ada orangtua yang mau terus-menerus belajar menjadi lebih baik. Ketika orangtua terlibat secara aktif dalam pendidikan anak, maka kelak anak pun akan menjadi sosok yang hebat.Â
Mari menjadi orangtua yang terlibat!Â
Referensi :
[1] Artikel  Orangtua adalah Model Pembelajaran bagi Anak-anaknya dari sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id
[2] Â Artikel Bobo Doll Experiment dari Wikipedia
#sahabatkeluarga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H