Dasar dari pendapat ini adalah karena adanya argumentasi mengenai ekspresi emosi pada binatang dan manusia yang sama. Kedua yaitu opini empirik bahwa emosi merupakan efek berlatih atau pengalaman yang mementingkan kaitan antara jiwa yang pusatnya ada di otak dengan berbagai rangsangan yang berasal dari sekitar melalui jaringan saraf dalam badan suatu individu.Â
Pendapat empirik memiliki tiga teori klasik, yaitu teori somatik dari William James dan Carl Lange, teori Cannon-Bard, dan teori kognitif atau disebut juga teori Singer-Schachter.
 Emosi merupakan akibat dari transformasi dari sistem fisiologi tubuh (Garrett, 2005; Feldman, 2003; Schwartz, 1986). Teori Cannon-Bard merupakan hasil kritik dari teori somatik.Â
Diambil dari contoh saat seseorang melihat seekor beruang, menurut teori somatik orang tersebut belum merasa takut melainkan jantung berdegup kencang dan adrenalin meningkat atau terjadi perubahan fisiologi dahulu baru orang tersebut merasa takut sedangkan Walter Canon dan Philip Bard (1929) melakukan pembuktian dalam riset dengan binatang, reaksi motorik muncul sesudah takut bukan reaksi motorik mengakibatkan rasa takut (Garrett, 2005; Feldman, 2003).Â
Intinya, teori Cannon-Bard mengemukakan orang berteriak dan lari akibat merasa takut sedangkan teori Somatik mengemukakan orang menjerit dahulu baru merasa takut. Teori kognitif mengemukakan bahwa emosi sangat bergantung pada pengalaman. Saat melihat beruang, adrenalin terpacu dan jantung berdebar kemudian baru menjerit.Â
 Emosi paling mudah terlihat dari ekspresi wajah. Takut merupakan bentuk emosi yang menghindar dari suatu hal. Takut yang bentuknya lebih ekstrem disebut dengan phobia. Rasa takut juga bisa memiliki arti kelainan kejiwaan atau yang biasa disebut dengan anxiety (kecemasan) yang rasa takutnya tidak jelas, baik sasaran maupun alasannya.Â
Kecemasan terus-menerus biasa dihadapi penderita psikoneurosis. Orang normal juga sering mengalami kecemasan, yang biasa disebut khawatir yang merupakan rasa takut yang tidak jelas, namun rasanya kuat sekali. Marah bersumber dari kegiatan yang terganggu sehingga suatu usaha menjadi gagal.Â
Duffy (2012) menyatakan bahwa marah merupakan emosi yang sangat normal. Akan tetapi, kita harus bisa membedakan antara marah, agresi, dan kekerasan karena ketiga hal ini sering sekali disamakan. Marah merupakan emosi yang orang rasakan. Agresi atau kekerasan adalah tingkah laku yang terlihat sebab munculnya suatu emosi, terlebih marah.Â
Ramirez dkk. (2001) melakukan riset lintas budaya dan mengatakan bahwa marah dan agresi disebabkan oleh budaya dimana seseorang tinggal. Beberapa masyarakat berpendapat bahwa agresi verbal seperti makian dan bentakan merupakan sesuatu yang umum, sedangkan masyarakat lain berpendapat bahwa makian dapat membuat seseorang terluka.