Mohon tunggu...
Jessica Gotama
Jessica Gotama Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Pelajar SMAK SANTA MARIA Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Protes Kematian Floyd Semakin Ricuh dan Meluas. Ada apa dengan Rasisme di AS?

6 Juni 2020   21:42 Diperbarui: 6 Juni 2020   21:47 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kematian George Floyd, seorang penyanyi rap kulit hitam di tanggal 25 mei 2020, Seluruh Wilayah di AS atau Amerika Serikat memulai aksi protes atas kematiannya, yang dianggap sebagai korban rasisme dan ketidakadilan. 

Melansir AFP pada Kamis (29/5), kejadian ini bermula ketika Floyd diduga melakukan transaksi palsu senilai US$ 20. Chauvin bersama tiga polisi lain pun menangkapnya. 

Setelah tertangkap, Chauvin menginjakkan lututnya ke leher Floyd yang tak bersenjata hingga meninggal dunia. Perilaku ini pun menuai kecaman dari berbagai pihak karena Floyd sendiri dibunuh dengan dakwaan kejahatan yang sangat ringan dan bahkan belum disidangkan. 

Aksi demo pun mulai pecah di mineapolis, tepat satu hari setelah kematian George Floyd. Aksi protes ini akhirnya berbuntut panjang keseluruh negara bagian AS dalam beberapa hari, bahkan berujung kericuhan di kota-kota besar. Tapi kenapa kematian George Floyd bisa memicu unjuk rasa besar-besaran di AS?? Memang separah apa kasus rasisme seperti ini di Amerika Serikat???

Mungkin kita orang Indonesia, Tidak tau menahu seberapa parahnya kasus rasisime di AS. Awalnya saya juga berpikir, Rasisme di AS tidak jauh beda dengan negara kita (mungkin seperti stigma kepada orang keturunan cina atau orang papua).  

Di negara kita praktek rasisme sudah mulai ditinggalkan di banyak wilayah dan tidak pernah menyebabkan konflik seheboh ini lagi. 

Namun berbeda dengan AS, Rasisme masih menjadi momok utama disana. Telah ada sejak kolonialisme, tradisi seperti "kode hitam" dan sistem Apharteid, secara tidak langsung terus berlanjut walaupun jaman sudah berkembang, 

Para warga Keturunan Afrika-Amerika asli dan keturunan lainnya yang berkulit hitam selalu mendapat diskriminasi baik pada Pekerjaan, Pendidikan Dan keadilan hukum. Kehidupan warga kulit hitam selalu dikriminalisasi dan tidak manusiawi di Amerika. 

Situs mappingpoliceviolence.org yang khusus melakukan riset kekerasan oleh polisi di AS, mencatat 1.099 orang seluruh ras terbunuh sepanjang 2019. 24 persen dari seluruh korban tersebut adalah kulit hitam. Selain itu, dari total 7.666 korban sepanjang 2013-2019 sebanyak 17% adalah warga kulit hitam dalam kondisi tak bersenjata

Selain George Floyd, banyak sekali warga kulit hitam yang dibunuh secara semena-mena. Salah satunya Sean Reed dan Ariane McCree yang ditembak secara langsung oleh polisi tanpa dakwaan yang jelas. Sisanya harus bertahan hidup sambil menghadapi diskriminasi hingga pembullyan dari orang kulit putih yang tidak punya rasa toleransi

(AFP/SAEED KHAN)
(AFP/SAEED KHAN)
Kini Aksi protes dengan seruan"Black Lives Matter" dan "I Can't Breathe" telah digaungkan keseluruh dunia. Seruan ini dilakukan untuk membela hak-hak asasi orang kulit hitam yang banyak dirampas. Banyak publik Figur dunia yang juga mendukung revolusi hukum dan keadilan bagi masyrakat kulit hitam lewat media sosial masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun