Tidak dapat dipungkiri bahwa Pilkada DKI Jakarta untuk merebut posisi sebagai gubernur dan wakil gubernur memang menjadi salah satu panggung politik yang paling akbar sejak akhir tahun 2016 sampai pada awal tahun 2017 ini. Seluruh masyarakat dari berbagai lapisan bahkan yang bukan merupakan warga Jakarta pun memiliki opini dan pilihannya masing-masing mengenai siapa yang pantas berada di jabatan DKI 1. Banyak pula orang-orang yang awalnya tidak tertarik dalam mengikuti perkembangan Pilkada DKI ini menjadi sangat bersemangat dalam menyampaikan pendapatnya bahkan rela beradu argumen  dengan orang lain yang pendapatnya berbeda.
Setiap pasangan calon dengan tim suksesnya masing-masing pasti sangat gencar dalam melakukan komunikasi politik dan menyampaikan pesan-pesan politik untuk mencari dukungan masyarakat. Berbagai cara pun dilakukan untuk menunjukkan visi, misi, serta keunggulan mereka masing-masing. Setiap pasangan calon pasti memiliki orang-orang yang bertugas untuk menjadi opinion maker untuk membentuk opini yang baik terhadap paslon yang diwakili, baik untuk membentuk opini di kalangan muda, orang tua, lansia, orang dari tingkat ekonomi menengah kebawah, menengah keatas, dan terhadap partai-partai yang ingin dijadikan partai pendukung.
Para opinion maker ini bergerilya ke seluruh lapisan masyarakat dengan berbagai latar belakang ekonomi, pendidikan, profesi, agama, etnis, dan lain-lain. Proses opinion making ini dilakukan melalui komunikasi pribadi seperti melalui obrolan seseorang dengan orang lain ataupun melalui komunikasi massa, misalnya melalui berita online, iklan di televisi, bahkan sampai di media sosial. Opinion making ini dilakukan karena adanya kepentingan pribadi paslon agar dapat terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur.
 Tujuan dari opinion making ini adalah untuk menciptakan attentive audience, yaitu publik yang memfokuskan perhatiannya pada paslon tertentu sehingga mereka memilih paslon tersebut. Pesan-pesan politik yang telah disampaikan para opinion maker kiranya mendapatkan feedback berupa perubahan sikap atau opini oleh attentive audience yaitu bisa berupa dukungan terhadap paslon tersebut atau justru tidak mendukungnya sama sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H