Saya Jessica Christina, mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti prodi S1 Hospitaliti dan Pariwisata 2017 - dan salah satu penerima Beasiswa Unggulan Kemdikbud Republik Indonesia. Tulisan yang saya buat biasanya berdasarkan pengalaman atau pendapat pribadi saya. Saya terbuka dengan adanya sudut pandang lain dari tema yang akan kita diskusikan, dan saya berharap adanya tulisan ini tidak menyudutkan atau menyinggung pihak manapun.
Angka kasus positif COVID-19 kian meningkat dari hari ke hari. Sejak angka COVID-19 menyentuh 100.000 kasus, bercandaan sarkas seperti editan foto medal 100.000 'subscriber' dan bercandaan tentang giveaway dilanturkan. Namun, terlihat tidak sedikit juga orang yang menganggap COVID-19 bercandaan.Â
Jalan-jalan ke mall? jadikan. Nongkrong di cafe tanpa masker dan banyak orang? gas-kan. Angka semakin meningkat, herannya semakin banyak orang yang berkeliaran di luar rumah. Â Adanya beberapa 'tokoh luar biasa' yang menggiring kontroversi, membawa pikiran banyak masyarakat Inonesia yang semakin meremehkan pandemi ini. Memang seharusnya, musisi diam saja dan mengurungkan pendapat pribadi terhadap COVID-19 ini, bukannya memperkeruh suasana.
Rasanya pemerintah semakin menyepelekan pandemi ini. Angka terus naik? Baik, izinkan saja pembukaan bioskop karena dapat meningkatkan imunitas karena penontonnya merasa senang. Ah, masa sih? Teori darimana itu? Apalagi, sudah ada dokter yang menyangkal tentang berita itu.
Melansir tweet dari Faheem Younus, MD, "Indonesia: Avoid movie theaters/cinemas. See the high risk criteria they meet: Indoor? (check) Social distancing ? Poor ventilation (check) Prolonged exposure (check). One COVID+ patient (even asymptomatic) in a cinema may infect dozens. Being "happy" won't prevent COVID; being careful will."
yang ditranslasi ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut, "Indonesia: Hindari bioskop. Lihat tingginya resiko yang ada di bioskop: Di dalam ruangan? (check). Jarak antar orang? Ventilasi udara terbatas? (check). Paparan jangka panjang? (check). Satu pasien positif COVID (tanpa gejala sekalipun) di dalam bioskop dapat menulari belasan orang. Dengan merasa "senang" tidak akan mencegah COVID; namun, berhati-hati dapat mencegah."
Ya sudah, kalau memang keputusannya seperti itu ya kembali lagi pintar-pintar diri kita bertindak. Mau nonton bioskop? ya sudah, monggo. Tidak nonton bioskop? bagus. Yang penting kita tahu resikonya seperti apa, dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Dari diri saya pribadi, tahan kok tidak nonton bioskop hingga tahun depan juga tidak masalah. Better safe than sorry, lebih baik mencegah daripada mengobati.
Rujukan: https://twitter.com/FaheemYounus/status/1300655986986885120
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H