Mohon tunggu...
Jessica ApriliaPoernama
Jessica ApriliaPoernama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Arsitektur di Universitas Katolik Darma Cendika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kegiatan Live In Mahasiswa Arsitektur UKDC di Bangkalan Madura

20 Maret 2023   13:28 Diperbarui: 20 Maret 2023   13:48 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Prodi Arsitektur Universitas Katolik Darma Cendika Surabaya mengadakan kegiatan live in selama 7 hari mulai tanggal 25 Februari 2023 -- 4 Maret 2023 di Kabupaten Bangkalan Madura yang diikuti beberapa mahasiswa angkatan 2020. Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk mengamati serta memahami kegiatan sehari -- hari masyarakat Madura terutama dalam lingkup keluarga.

Kelompok live in beranggotakan Jessica, Celine dan Fransiska tinggal di rumah ibu Peje yang merupakan warga asli Madura. Beliau sudah sejak lahir di Madura dan juga menikah dengan orang Madura. Di rumah ibu Peje berisikan suami dan anak ibu Peje serta saudara perempuan beserta keluarganya. Keadaan rumah ibu Peje tidak terlalu berbeda dengan rumah yang ada di Surabaya. Rumah sudah memenuhi rumah sehat nasional yaitu menggunakan dinding bata yang diplester dan dicat. Tampilan depan rumah ibu Peje sudah difinishing dengan keramik. Lantai bangunan ada penambahan ketinggian dari pekarangan rumah sekitar 50-75 cm dan lantai tersebut ditutupi keramik.

Menurut Jessica, keluarga ibu Peje menerima kedatangan kami dengan ramah dan bersahabat. Di rumah ibu Peje kami bertiga tidur di ruang tamu yang dialasi dengan karpet serta diberikan kipas angin karena cuaca hari itu terasa sangat panas.  Pada siang dan malam hari kami melakukan makan bersama, makanan ini disiapkan oleh keluarga ibu Peje. Menu makanan yang disediakan sederhana namun sangat lezat.

Kemudian menurut Celine, ketika pertama kali mandi di sana sedikit terkejut karena ukuran kamar mandi yang sangat luas berukuran sekitar 2x2,5 meter dengan ukuran bak mandi kurang lebih 1x2,5 meter. Penampakan kamar mandi di bagian dalam rumah sudah modern dengan difinishing keramik dari lantai hingga ke bagian dinding. Sementara untuk kamar mandi di bagian luar rumah hanya difinishing semen namun tetap bersih. Walaupun ukuran bak mandi sangat besar namun airnya tetap penuh dan sangat jernih.

Lalu Fransiska menceritakan bahwa aktivitas sehari-hari keluarga ibu Peje dimulai dari pukul 04.00 pagi, para wanita yang berada di rumah Bu Peje sudah bangun kemudian menyiapkan makanan di dapur. Dapur rumah Ibu Peje cukup menarik karena menggunakan dua cara memasak yang berbeda yaitu penggunaan kompor gas dan juga cara tradisional yaitu tungku kayu bakar. 

Setelah masakan siap, kemudian ditata dan kami makan bersama di bagian teras kamar. Sesudah makan kami juga membantu untuk mengembalikan peralatan makan ke area dapur. Kondisi lantai dapur berupa tanah dan tidak semua bagian dapur menggunakan dinding tembok dan sebagian terbuka sehingga asap dari tungku kayu bakar bisa keluar dengan mudah.

Aktivitas selanjutnya dari keluarga adalah melakukan bebenah rumah dengan kegiatan menyapu, mencuci pakaian di area dekat sumur, serta menjemur pakaian di area depan rumah. Sedangkan anak lelaki ibu Peje yang menempuh pendidikan SMP ketika pagi hari sudah bersiap -- siap kemudian berangkat menuju sekolah dan kembali saat sore hari. Sedangkan saudara lelaki yang ada di rumah Ibu Peje melakukan aktivitas seperti merawat hewan ternak yang berada di kandang belakang rumah dan kemudian bekerja mencari nafkah sampai malam.

Suatu hal yang mengesankan adalah pada setiap malam seluruh anggota keluarga berkumpul di langgar rumah untuk mengobrol dan bercengkrama sampai larut malam, Komunikasi yang sangat baik dalam keluarga, disinilah kami mengerti bagaimana rasa kekeluargaan dalam  masyarakat Madura.

Pada hari terakhir kegiatan live in, kami bertiga diajak  untuk melihat Bukit Anjhir yang menjadi salah satu tempat wisata.  Puncak bukit dengan pemandangan alam dari atas tanpa adanya gedung -- gedung tinggi seperti di Surabaya. Dari atas bukit kami juga bisa melihat gemerlap lampu kota Surabaya yang berada berseberangan dengan pulau Madura. Bukit Anjhir sangat cocok untuk anak muda yang suka ber-swa foto dengan latar belakang alam yang indah.

Sungguh merupakan pengalaman yang tidak mudah dilupakan berada di keluarga rumah Ibu Peje di Madura. Meskipun terkendala bahasa yang mereka gunakan yaitu bahasa Madura, namun kami banyak belajar budaya Madura. Kehidupan yang jauh dari hiruk pikuk kota Surabaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun