                   Emang BenarÂ
       Self- Esteem ditentukan FYP Tik-Tok ?Â
                       OlehÂ
                Jessica Amabel A.PÂ
                  Nim 132022034Â
                Dosen PembimbingÂ
           Adhi Krisna Maria Agustin, MAÂ
Self-esteem atau harga diri pastinya familiar buat semua orang. Menurut Rosenberg (1965), self-esteem itu gimana cara kita lihat diri kita sendiri. Masa remaja itu fase penting di mana kita mengalami banyak perubahan fisik, emosional, dan sosial. Perubahan ini bisa ngaruh banget ke cara kita nilai diri dan harga diri kita. Penting banget buat bisa menghargai diri sendiri, baik dari segi fisik maupun psikologis. Kalo kita gak bisa menghargai diri sendiri, susah juga buat menghargai orang lain. Sayangnya, masih banyak yang kurang menghargai diri sendiri, terutama gara-gara media sosial yang sering bikin kita merasa kurang atau gak bisa nerima diri sendiri. Menurut penelitian C. Blair Burnette, Melissa A. Kwitowski (2017), Suzanne E. Mazzeo, media sosial ikut berperan bikin remaja merasa kurang puas sama tubuh mereka.
Contohnya, kita sering lihat orang lain di media sosial yang keliatan sempurna, baik dari fisik maupun status sosialnya. Ini bisa bikin kita ngerasa beda sama mereka dan akhirnya insecure sama diri sendiri. Nah, hal tersebut merupakan salah satu contoh gimana media sosial tuh berpengaruh banget dalam membentuk kepribadian kita, terutama di era digital dan aneka ragam media sosial kayak TikTok yang lagi ngehits banget di kalangan remaja. Tik-Tok tuh aplikasi yang banyak digemari di seluruh dunia. Diluncurkan oleh Perusahaan Singapura, Byte Mod, Tik-Tok punya 13 juta pengguna di Indonesia, mayoritasnya anak muda usia 18-24 tahun (Adawiyah, 2020). Tapi sekarang, gak cuma anak muda itu aja yang suka TikTok, tapi juga remaja, anak-anak, sampe orang dewasa dari semua usia yang butuh hiburan. TikTok menarik banget karena ada banyak konten yang bisa bermanfaat tapi juga ada yang bisa berdampak negatif, khususnya bagi mental remaja yang masih dalam proses perkembangan.
Memang ya, masa remaja itu tuh fase yang penting buat perkembangan fisik dan mental. Dimana dimasa-masa menjadi seorang individu yang emosinya masih belum stabil dan masih berubah-ubah ya. Rentang usia remaja umumnya dari 12 sampai 21 tahun, terbagi jadi remaja awal (12-15 tahun), remaja pertengahan (15-18 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun) (Desmita, 2010). Selain itu, remaja saat ini suka banget yang namanya ikut-ikut tred yang ada di medsos, bisa di instagram, twitter, dan yang lagi lagi hits sekarang ini TikTok. Aplikasi ini memang sangat favorit banget di kalangan remaja, tapi kita harus hati-hati dalam mengonsumsi konten di sana supaya bisa dapet manfaat yang positif buat kehidupan kita.
Seperti yang telah diketahui bahwa tik-tok saat ini sangatlah booming dikalangan para remaja. Namun, bukan hanya dikalangan remaja saat tetapi juga diberbagai kalangan usia. Dampak yang diberikan pun tidak hanya pada segi fisik atau luarannya saja, tetapi juga pada psikologi seseorang khususnya remaja, yang mana pemikirannya masih sangat labil dan masih memerlukan kontrol dalam menanggapi segala informasi yang didapatkan. Selama masa remaja, seseorang mulai mencari identitas diri dan tempat mereka dalam masyarakat untuk membentuk jati diri mereka yang sesungguhnya. Disini lingkungan pertemanan dan juga media sosial punya pengaruh yang besar banget buat membentuk self-esteem seseorang. Misalkan kita dapat pujian dan dukungan secara langsung dari teman ataupun hal-hal yang relate lewat postingan di media sosial ataupun kita mendapatkan kritik dan penolakan dari lingkungan sekitar kita yang kadang jadi bahan pikiran nih buat kita . Sering juga remaja bandingin diri sama teman sebaya, terutama soal penampilan, nilai sekolah, atau popularitas, yang sering jadi sumber tekanan.
