Saat ini dunia tengah dilanda Pandemi Corona Virus Disease 2019 atau disingkat dengan Covid 19 , Covid 19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh perkembangan corona virus yang baru yaitu Sars-CoV-2 yang dimana menyerang sistem pernafasan manusia dan juga menimbulkan gejala diantaranya seperti sesak nafas, demam, dan batuk. Sistem penyebaran Virus ini melaui percikan cairan para pasien yang tertular ( Droplet ).
Sudah terhitung 8 bulan sejak 2 maret 2020 Pandemi Covid 19 melanda Indonesia. Sejak saat itu juga  kita menjalani aktifitas jarak jauh untuk berbagai kegiatan seperti sekolah, bekerja, dan lain lain. Keadaan seperti ini memaksakan kita mengerjakan  kegiatan sehari-hari dengan jarak jauh yang tentunya menimbulkan berbagai kesulitan bagi seritap orang, salah satunya bagi pelajar yang dimana melaksanakan pembelajaran jarak jauh, Pembelajaran Jarak Jauh  ( PJJ ) terbagi atas 2 yaitu pembelajaran Luring dan Pembelajaran Daring.
Pembelajaran dengan Daring yaitu sistem pembelajaran interaktif yang berbasis internet dan Learning Manajemen System ( LMS ) . Pembelajaran daring dilakukan secara online ( menggunakan jaringan internet ) yang dimana sistemnya tidak mengharuskan pembelajaran tatap muka antar pengajar dan murid. Pembelajaran daring biasanya dijalankan menggunakan berbagai aplikasi atau software seperti Zoom, dan Google meet yang dalam hal ini Pengajar dapat melakukan pembelajaran seperti menjelaskan materi ajar menggunakan Aplikasi tersebut dan juga dapat berkoordinasi dengan murid.
Sistem Pembelajaran daring sendiri dinilai sesuai dengan keadaan sekarang yang dimana tidak mengharuskan tatap muka untuk menghindari penyebaran Covid 19. Namun hal ini menuai beragam pendapat didalam masyarakat beberapa diantaranya menuai respon dan pendapat negatif. Pembelajaran daring dikalangan anak usia 5 -- 14 tahun terlebih khususnya untuk jenjang pendidikan Tk dan Sd, yang dimana pada usia seperti itu anak --anak sedikit lebih sulit untuk menyerap dan mengerti materi ajar yang disampaikan tanpa adanya bimbingan langsung dari pengajar  tentunya dalam hal ini orangtua dan lingkungan juga harus berperan aktif dalam pembimbingan anak untuk belajar. Namun dalam beberapa kasus , sebagian orangtua belum bisa atau tidak dapat menjadi pengajar yang baik untuk mendampingi sang anak dalam sistem pembelajaran daring yang dimana membuat situasi ini sedikit memberatkan bagi berbagai pihak.
Permasalahan selanjutnya yang ditemui juga yaitu pembelajaran daring dinilai kurang efektif karena bergantung pada jaringan Internet yang sedikit menyulitkan beberapa orang untuk mengaksesnya kendala dalam membeli kuota atau mendapatkan jaringan internet dan juga dibeberapa tempat yang masih belum terjangkau jaringan internet. Lalu untuk beberapa kasus dimana pengajar yang belum familiar dalam menggunakan teknologi harus kembali belajar dalam menggunakan hal tersebut demi berjalannya pembelajaran daring. Dalam hal ini juga beberapa oknum mengambil kesempatan dalam pembelajaran daring untuk sekedar santai dan acuh tak acuh, seperti beberapa siswa hanya 'sekedar absen lalu ditinggal tidur' , mengerjakan tugas tidak sesuai dan bahkan hanya Copy Paste karena tidak melalui pembelajaran tatap muka jadi beberapa diantaranya mengerjakan tugas menggunakan Google. Â
Dan permasalahan terakhir yang tengah menjadi perbincangan hangat diantara masyarakat yaitu pembelajaran daring yang justru memberikan dampak buruk pada mental pelajar. Tidak sedikit pelajar yang menyuarakan bahwa mereka sulit mengikuti dan memahami sistem pembelajaran online, dikarenakan keterbiasaan pelajar yang diterangkan secara langsung dan juga adanya interaksi lalu berubah menjadi pembelajaran yang tidak mengharuskan tatap muka yang dimana membuat beberapa pelajar sulit memahami materi yang dijabarkan oleh pengajar walaupun penjabaran yang diberikan sudah lengkap. Dalam kasus lain pun para pelajar mengaku stress karena dibandingkan dengan sistem pembelajaran secara tatap muka, pemberian tugas dalam pembelajaran daring lebih banyak dan sedikit sulit untuk dipahami.Â
Pemberian tugas yang dinilai terlalu sering memberikan dampak yang kurang baik bagi para pelajar terutama dalam segi mentalitasnya, dalam beberapa kasus pun anak-anak dijenjang pendidikan Tk -- Sd cenderung lebih sulit untuk memahami pembelajaran akhirnya beberapa diantaranya seringkali tidak mau mengikuti pembelajaran dan bahkan menimbulkan trauma kecil dalam mengikuti pembelajaran daring.Â
Pembelajaran daring juga menimbulkan kejenuhan bagi beberapa pelajar dikarenakan tidak dapat berinteraksi secara dengan pengajar ataupun sesama pelajar, dan juga pengerjaan tugas praktikum yang sedikit sulit jika dikerjakan secara daring. Namun hal ini tidak berlaku untuk semua pelajar karena beberapa pelajar juga bisa mengikuti pembelajaran daring dengan baik didukung dengan fasilitas yang memadai dan juga pemahaman maupun penalaran orang yang berbeda-beda. Ada beberapa solusi yang ditawarkan dan diberikan oleh pemerintah, salah satunya yaitu pemberian subsidi Kuota Belajar kepada setiap Pelajar yang dapat digunakan untuk mengikuti pembelajaran online.
Setelah melihat kekurangan dan dampak dari sistem pembelajaran daring, Dalam hal ini tidakkah kita  mempertimbangkan lagi sistem pembelajaran luring. Karena di sejumlah tempat beberapa sekolah sudah mulai menerapkan sistem belajar luring yang dimana memerlukan persetujuan dari pihak orangtua terlebih dahulu, pembelajaran luring yang dapat dilakukan yaitu bisa berupa pembelajaran tatap muka yang tetap mematuhi protokol kesehatan yang dimana para pelajar dibatasi kehadirannya dan bahkan bisa dibagi dalam beberapa sesi. Sistem pembelajaran luring tentunya sangat membantu pelajar walau tidak dijalankan sesering seperti sebelum pandemi Covid 19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H