Mohon tunggu...
Jessica Floren
Jessica Floren Mohon Tunggu... Editor - karyawan

membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Tradisi dan Budaya Suku Tidung di Kalimantan Utara antara Kearifan Lokal dan Kemajuan Teknologi

27 Februari 2024   12:19 Diperbarui: 27 Februari 2024   12:48 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jesica Florentina Trinantio

12 IPS 5, SMAN 3 KABUPATEN TANGERANG


           Suku Tidung adalah salah satu suku bangsa yang mendiami wilayah Kalimantan Utara, di kabupaten Nunukan dan Malinau. Suku Tidung juga tersebar di negara tetangga yaitu Malaysia dan Brunei. Suku Tidung memiliki budaya dan tradisi yang kaya, termasuk dalam hal seni, musik, tarian, dan kerajinan. Mereka terkenal dengan tarian tradisional yang disebut Jepen. Secara tradisional, suku Tidung biasanya bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, dan pengrajin. Mereka juga memiliki sistem adat dan kepercayaan tradisional yang kuat, yang masih dipraktikkan hingga saat ini sebagai bagian integral dari identitas dan kehidupan sehari-hari suku Tidung.

            Versi masyarakat suku Tidung meyakini bahwa nenek moyang mereka berasal dari daratan Asia yang bermigrasi sekitar abad ke 5 - I SM. Saat itu, terjadi eksodus manusia dari daratan Asia menuju pulau-pulau di sebelah Timur dan Selatan. Mereka diduga mendarat di pantai Timur Provinsi Kalimantan Utara, yaitu sekitar daerah Labuk dan Kinabatangan. Lalu, mereka menyebar ke daerah-daerah pesisir pantai dan pulau-pulau di sebelah Timur. Seperti wilayah Tarakan, Bulungan Nunukan, dan Pulau Sebatik.

Kesenian Suku Tidung (Tari Jepen)

            Tari Jepen merupakan tarian asli suku Tidung, menggambarkan keceriaan dan kegembiraan, memadukan gerakan kaki mengikuti irama. Tarian Jepen bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarana untuk memperkenalkan dan memperkuat nilai-nilai budaya lokal, seperti kebersamaan, kesetiakawanan, dan penghargaan terhadap alam. Tari jepen diciptakan oleh Datu Norbeck di Sanggar Budaya Tradisi (SBT) Paguntaka, Tarakan pada tahun 1995 dan terus dilestarikan dan menjadi budaya khas suku Tidung. Tari Jepen dapat di lakukan oleh semua usia di setiap acara pernikahan ataupun perkumpulan dengan saudara dan kerabat. Dalam pertunjukkannya, penari menari dengan balutan busana dan selendang perpaduan khas Melayu yang kental akan nuansa Islami dan campuran busana khas Indonesia. Dengan tata rias yang minimalis, penari tetap terlihat santun dan bersahaja, dengan diiringi musik Tingkilan.

Perkembangan Iptek Dalam Tarian Jepen

            Pada zaman dahulu, tarian Jepen suku Tidung lebih mengandalkan instrumen musik tradisional, seperti gong dan rebana, penggunaan kostum tradisional yang dibuat secara manual, Pertunjukan lebih bersifat intim dan terbatas. Namun, saat ini perkembangan iptek telah memungkinkan integrasi teknologi dalam pertunjukan, seperti penggunaan pencahayaan dan efek visual yang lebih canggih dapat menambahkan dimensi artistik yang lebih modern dan menarik bagi penonton, penggunaan teknologi rekaman dan penyiaran memungkinkan pertunjukan untuk diabadikan dan disebarkan secara meluas, serta rekaman musik yang berkualitas tinggi untuk menyempurnakan pengalaman penonton.

            Suku Tidung merupakan suku yang sampai saat ini masih memeluk kebudayaan yang kental. Sehingga, dalam dunia yang semakin terhubung secara global, penting bagi kita untuk menghargai dan melestarikan keberagaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat adat. Melalui pemahaman yang mendalam tentang tradisi mereka, terutama dalam konteks tarian Jepen, kita dapat melihat betapa berharganya warisan budaya bagi identitas suku Tidung dan  bagi keberagaman budaya Indonesia secara keseluruhan. Dengan menghormati, memahami, dan mendukung upaya pemeliharaan kearifan lokal mereka, kita dapat menjadi bagian dari usaha untuk memastikan bahwa kekayaan budaya tetap hidup dan berkembang untuk generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun