Anak didik selain sebagai mahkluk individu juga sebagai mahkluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Baik di lingkungan keluarga. Masyarakat maupun sekolah, oleh karena itu, seseorang guru perlu memperlakukannya sesuai dengan kedudukannya, dalam artian guru perlu menyadari bahwa keberhasilan dan prestasi belajar mereka dapat tercapai bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan dan faktor intern lainnya, tetapi juga dipengaruhi oleh pembawaan guru yang ramah yang dapat di ajak bicara akan menumbuhkan motivasi pada materi yang diajarkan, sehingga berakibat positif bagi keberhasilan proses belajarnya
Menurut Arif Rahman seorang pendidik sangat cocok bila memiliki kemampuan empati, yaitu kemampuan untuk menangkap sinyal sinyal yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa apa yang diperlukan dan di kehendaki orang lain. Dengan kemampuan ini  diharapkan seorang guru dapat cepat tanggap dan peka terhadap keadaan anak didiknya dan berusaha menolongnya . Hal ini sesuai dengan tugas guru sebagai pengajar, sebab menurut Alvin W . Howard mengajar merupakan aktivitas untuk mencoba menolong atau membimbing seseorang untuk mengubah dan mengembangkan kecakapan, sikap , cita cita, apresiasi, dan pengetahuan, .
Kemapuan empati dapat dimiliki bila dalam pelaksanaan tugas guru sering berkomunikasi dan memperhatikan anak didiknya dengan seksama. Berbeda hanya dengan guru  yang hanya mementingkan  penyampaian materi, yang kemungkinan besar tidak mengetahui nama anak didik nya, apalagi mengetahui keadaannya .
Guru adalah orang tua disekolah sekaligus sebagai sahabat berbagi problema. Akan tetapi hasil pendekatan guru pada  anak didiknya amat bergantung pada guru yang bersangkutan. Seorang guru hendaklah memiliki kepekaan berpikir, pengetahuan psikologis tentang mereka serta mampu berkomunikasi secara bersahabat tanpa menimbulkan rasa menggurui, selain itu guru harus mampu mengikuti perkembangan gejolak remaja masa kini , sehingga pembinaan terhadap ank didiknya relevan dengan zamannya.
Pendekatan dalam prosesnya pembelajaran yang mengutamakan nilai nilai humanistik sebagai landasannya disebut pendekatan kasih sayang, pendekatan ini sangat tepat diterapkan di era globalisasi, mengingat banyaknya anak didik yang kurang mendapatkan perhatian di rumah.Â
Dengan pendekatan kasih sayang di harapan anak didik menganggap guru sebagai tempat pelarian untuk menumpahkan segala permasalahan yang dihadapi, sehingga mereka tidak lari pada hal hal yang negatif, pendekatan kasih sayang ini dapat  di tunjukkan oleh guru melalui perbincangan Santai di sela sela waktu istirahat ataupun dengan penyampaian materi yang tidak terlalu formal.Â
Sebagai contoh konkrit, antara lain guru selalu bersikap ramah pada anak didiknya tanpa memandang perbedaan di antara mereka, guru tidak terlalu sering marah tanpa alasan yang kuat, menanyakan keadaan anak didiknya yang sakit kepada anak didik lain , selalu tanggap Dengan perubahan sikap anak didik, dengan demikian kesan bahwa guru adalah sosok yang angker,angkuh dan menakutkan akan berangsur angsur hilang dan  muncul pandangan baru berupa kesan bahwa guru merupakan sosok yang dapat dijadikan teladan, sehabat , sekaligus orang tua di sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H