Akhir-akhir ini depresi tidak hanya ditemukan pada orang dewasa, bahkan pada anak remaja banyak ditemukan kasus depresi. Menurut hasil survei I-NAMHS pada tahun 2022, lebih dari 17 juta remaja di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental (dalam Zulfikar, 2024). Salah satu jenis kesehatan mental yang marak di kalangan remaja Indonesia adalah depresi. Depresi sendiri adalah gangguan kesehatan mental yang berpengaruh pada perasaan, emosi juga cara berpikir dan bertindak seseorang. Efek yang akan terjadi pada kasus depresi pun dapat berlangsung lama. Hal ini tentu berpengaruh pada cara anak beraktivitas. Biaya yang akan ditanggung untuk mengobati masalah mental pun akan cukup besar.
Gangguan depresi sendiri memiliki banyak jenis. Menurut Halodoc, ada 7 macam gangguan depresi. Diantaranya ada gangguan depresi mayor yang banyak diderita anak remaja. Gangguan depresi mayor ini ditandai dengan rasa sedih yang menyebabkan penderita merasa sedih tanpa adanya alasan yang jelas. Penderita juga akan kehilangan minat dan semangat dalam menjalani aktivitasnya. Ia tidak memiliki kesenangan lagi untuk melakukan aktivitas normalnya seperti hobi atau kegiatan kesehariannya. Penderita sulit mengontrol emosinya, ia akan mudah marah, frustasi atau tersinggung. Perlu diwaspadai juga, penderita depresi mayor ini juga memiliki gejala susah tidur atau insomnia. Tidak hanya susah tidur penderita juga mungkin saja terlalu banyak tidur. Tentu saja depresi ini tidak tiba-tiba saja muncul. Pasti ada banyak hal yang mendasari terjadinya gangguan depresi. Apalagi perkembangan teknologi dan media sosial saat ini sangat maju, hal ini juga dapat memicu depresi pada remaja. Contohnya saja tindakan cyber bullying, hal ini dapat menyerang mental anak tersebut. Dimulai dengan rasa cemas sampai tertekan dan akhirnya depresi jika tidak mendapat penanganan yang baik. Selain media sosial, ternyata depresi sendiri juga dapat disebabkan oleh faktor genetik. Remaja yang memiliki keluarga dengan riwayat depresi tentunya akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami depresi.
Gangguan depresi ini berpengaruh terhadap cara anak remaja berperilaku. Kondisi tersebut mempengaruhi cara pikir, emosional jua fisik. Remaja yang depresi akan menjauhkan diri dari lingkungan sekitarnya, hal ini dimulai dengan menarik diri dari keluarga. Mereka akan merasa dirinya kurang dicintai sehingga mereka menjauhkan diri. Remaja yang depresi juga akan merasa lelah, Ia tidak akan mampu bersaing atau berkompetisi dengan remaja lainnya. Mereka kehilangan gairah untuk mengejar apa yang diinginkan. Tentu saja jika tidak memiliki gairah dalam mencapai tujuan, prestasi sekolahnya akan menurun. Kualitas belajarnya pun juga akan menurun. Remaja yang depresi pun akan sulit berhubungan sosial. Ia merasa dirinya tidak layak untuk diperhatikan oleh orang lain. Hal yang paling berisiko dan riskan adalah tindakan menyakiti diri sendiri. Saat Ia sudah diujung kemampuannya untuk mengontrol dirinya sendiri sebagai tindakan untuk mengekspresikan perasaannya.
Peran orangtua sangat dibutuhkan bagi anak-anak remaja saat ini. Apalagi mereka yang mulai menunjukan gejala-gejala depresi. Van Houtum mengatakan, "Remaja yang mengalami depresi sangat sensitif terhadap kritik orang tua, mereka memandang buruk pada diri mereka sendiri, dan kurang bergantung pada pandangan diri mereka sendiri ketika dihadapkan dengan kritik orang tua" (dalam Antara, 2023) Oleh karena itu keterlibatan orangtua dalam membantu anaknya pun perlu diperhatikan. Orang Tua disarankan untuk memberikan dukungan positif bagi anak dan mengidentifikasi potensi anak dan mendorongnya ke hal-hal yang positif. Tidak hanya orang tua, lingkungan sekitarnya pun akan berpengaruh. Jika memiliki teman yang memiliki gangguan depresi, hal yang dapat dilakukan adalah memberikan afirmasi-afirmasi positif, mendamping saat dia memerlukan dukungan dan bantuan dan menjadikan lingkungan pergaulannya menjadi lebih baik agar dapat mendukung dirinya berkembang. Depresi sendiri juga dapat dialihkan dengan menggali hobi dan potensi, sembari melakukan hal tersebut, depresi juga dapat disembuhkan. Jika lingkungan sekitarnya sudah baik, setidaknya Ia akan memiliki dorongan untuk menjadi lebih baik juga.
Banyak hal yang akan terhambat ketika sudah mengalami depresi. Perlu kesadaran untuk dapat mengenali diri sendiri dan mengenal lingkungan sekitar agar tetap terjaga. Remaja juga memerlukan dorongan yang kuat untuk mengisi masa-masa remajanya yang berharga dengan prestasi-prestasi yang gemilang. Akan lebih baik juga, jika ada bimbingan yang tepat dalam menggunakan media sosial. Jika menemukan remaja yang depresi bantu mereka dengan menenangkan dan memberikan afirmasi-afirmasi yang positif dan membangun. Kenali dirimu sendiri dan jaga kesehatan mental dirimu.Â
Daftar Pustaka
Antara. 2023. Remaja Depresi Lebih Sensitif Terhadap Kritik Orangtua. Diperoleh 7 Agustus 2024, dari https://www.antaranews.com/berita/3714882/remaja-depresi-lebih-sensitif-terhadap-kritik-orang-tuaÂ
Halodoc. Apa itu Depresi? Gejala, Penyebab dan Pengobatan. Diperoleh 7 Agustus  2024, dari https://www.halodoc.com/kesehatan/depresiÂ
Zulfikar, F. 2024. Survei 17,9 Juta Remaja Indonesia punya masalah mental. Ini Gangguan yang Diderita. Diperoleh 7 Agustus 2024, dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7150554/survei-17-9-juta-remaja-indonesia-punya-masalah-mental-ini-gangguan-yang-dideritaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H