samantha wanita terbaikku, sebagai makhluk Tuhan yang mengerti aku dan untukku, bahkan di kala aku begitu tega dan kasar padanya, tidak memperlakukan layaknya manusia yang punya perasaan. ada begitu banyak senyum bibirnya, dan selalu ada 3 kata kecil namun berdaya hebat yang dibisikannya atas apapun yang kuperbuat padanya. "maaf,,, tolong,,, terimakasih,,,"
jika aku membentaknya, bahkan menjambaknya dengan kasar ia bersimpuh takzim : "Maafkan aku....". jika aku menolak keinginannya yang sungguh amat dahsyat dan luar biasa baginya dan kutahu aku sangat mampu mempersembahkan pintanya, namun aku memilih menolak dan mengabaikannya tanpa menimbang lagi dampak negatif bagi disik dan jiwanya. jika aku memberikan sesuatu yang sepele, yang sesungguhnya itu sudah menjadi kewajibanku, kemutlakanku sebagai seorang laki2 dan imam, ia pun dengan khusyuk dan penuh sumringah berkata dihadapanku dengan penuh keikhlasan "Terimakasih atas pemberian itu,,, ".
tak sekalipun menolakku, membangkangku, tak sekerlingpun ia melirik mata pada siapapun selain aku, sementara aku entah beribu-ribu kali t5elah kutampik dan menyia-nyiakan keberadaannya. laksana langit dan bumi, samantha adalah langit yang memayungi dengan begitu sejuk dan setia, sedangkan aku adalah bumi yang bergolak penuh lava, gempa, badai tsunami dll.
pagi yang belum sempurna itu, tak kudapat lagi sambutan lembutnya, biasanya samantha membangunkan aku dengan lembut , menyiapkan sarapan pagi, bersih-bersih rumah serta melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya tapi pagi ini hanya sunyi, sepi.
samantha,,,,,! hanya sunyi, sepi kian menyempurnakan diri dalam persembunyiannya. samantha...! kosong. berkali-kali aku tersaruk-saruk menyisir  tiap jengkal rumah ini, berkali2 kusebut namanya, tak ada jawaban. itulah pagi dimana aku berjanji akan menghajarnya habis habisan lantaran keberaniannya pergi tanpa izin, namun itupun sekaligus menjadi pagi yang mana aku tak pernah mampu menyentuhnya, apalagi menghajarnya sebagaimana yang kutimpukkan pada sekujur tubuhnya dan hatinya selama ini.
kian hari kian sempurna sesal menguliti setiap nafasku, kian hari kian terbayang wajahnya yang telah kusia-siakan membuncah ketakjuban atas setiap ketabahan, perngorbanan, ketulusan hati, dan kasih sayangnya selama ini. Ya Tuhan, manusia jenis apa aku ini. kini aku benar-benar kian dalam kehancuran, berjuta tanya hidup berkeliaran dihatiku silih berganti "mengapa engkau tinggalkan aku? bukankan kau tahu janin yang ada di rahimmu adalah hasil dari buah cintaku? bukankah engkau wonder womenku samantha? tapi hati kecilku menjawab "janin itu bukan buah cintamu, tapi buah berahimu yang selalu memperlakukannya begitu jalang dan buas layaknya domba yang dityerjang serigala lapar"
seminggu, sebulan, setahun berlalu, samantha, sang wonder womenku itu tak kunjung hadir lagi di kehidupanku, sepanjang waktu kusulurkan doa bersimpuh air mata kepada Tuhan agar dia baik-baik saja. oh samantha,,, istriku tercinta, kamulah wonder womenku, wanita sempurna dimataku. hanya dalam hatiku, percayalah samantha, namamu sebagai wonder women-ku selalu nyala dan terang hingga Tuhan menutup kelopak mataku selamanya...
aku bukan wonder womenmu
yang bisa terus menahan rasa sakit
karna mencintaimu
hatiku ini bukanlah hati