- "mendirikan" (Kerajaan)
- "menyerang" (tentara)
- "memaksa" (mereka)
Analisis: dalam teks tersebut terdapat beberapa unsur kebahasaan yang tepat namun tetap terasa kurang karena tidak ada dialog atau kalimat langsung antar tokoh sehingga cerita kurang "bernyawa"
C. Modifikasi Teks Cerita SejarahÂ
Orientasi: Â
Kerajaan Singasari runtuh akibat pemberontakan Bupati Gelanggelang (Madiun) Jayakatwang pada 1292. Setelah Singasari runtuh, Raden Wijaya melarikan diri bersama tiga sahabatnya yakni Sora, Nambi, dan Ranggalawe.
Kerajaan Terbesar di Nusantara Raden Wijaya adalah putra pangeran dari Prabu Guru Darmasiksa, Raja Sunda Galuh, sedangkan ibunya adalah putri Mahisa Campaka dari Kerajaan Singasari.
"Setelah Kerajaan Singasari runtuh, apa yang harus kita lakukan?" tanya Raden Wijaya kepada para sahabatnya, Sora, Nambi, dan Ranggalawe. Mereka bertiga mengangguk memahami. Raden Wijaya, seorang pangeran keturunan Prabu Guru Darmasiksa dari Sunda Galuh, segera mengambil langkah. Bersama para sahabatnya, ia melarikan diri untuk menyelamatkan diri dari kehancuran Singasari oleh Jayakatwang, penguasa Gelanggelang.
Komplikasi:Â Â
"Di desa Kudadu ini, kami bisa berlindung," ucap Raden Wijaya dengan harapan. Kepala desa Kudadu memberikan tempat persembunyian untuknya. Tak lama setelah itu, ia mendapatkan bantuan dari Arya Wiraraja di Sumenep, yang kemudian mempertemukannya dengan Raja Jayakatwang. "Buka saja hutan Tarik di Trowulan, bangunlah desa di sana," kata Jayakatwang. Tempat itu kemudian dinamakan Majapahit karena banyak tumbuh pohon maja yang buahnya pahit. Dengan tekad kuat, Raden Wijaya mulai mengumpulkan pengikut untuk tinggal di sana.