"Hatiku punya permintaan, aku ingin saat nanti aku menemukanmu, rasa ini tak harus melepasmu lagi."
Sahabat, langkah kaki kita semakin jauh dan dalam. Kita sudah mampu berdiri tangguh diatas kaki masing-masing dan tanpa ragu menapaki tangga kehidupan yang jauh lebih tinggi. Mungkin suatu saat aku dan kenangan kita akan terbenam ketika kau menemukan sahabat baru di kehidupanmu. Seperti matahari, yang betapa pun ia berusaha terus menghangatkan, ia masih harus berganti posisi dengan bulan. Ini seperti tentang cinta. Langkah kaki kita yang dulu tertoreh di lembutnya pasir pantai telah tergerus ombak. Memori persahabatan kita digiring ombak ke tengah lautan untuk menjadi bagian kecil di lautan kehidupanmu. Hilang tak berarti musnah. Ombak yang berlari pergi pun akan meninggalkan bekasnya di pinggir pantai, sehingga ketika kita kembali, kita sadar bahwa kita dulu pernah ada disini, bahagia dalam persahabatan.
Arus deras tak akan menghapus jejakmu, percayalah. Tapak-tapak kaki itu masih ada. Jangan pernah lupakan, sahabat. Hatiku punya permintaan, aku ingin saat nanti aku menemukanmu, rasa ini tak harus melepasmu lagi. Hingga akhir waktu. Seperti arus yang tak pernah berhenti. Cobalah untuk tidak merasa kesepian. Dengar bisikku, sahabat. Temui aku lagi masih di tempat yang sama, di awal kita menapakkan kaki untuk kemudian saling merangkul menjeritkan mimpi kita. Karena memori persahabatan yang telah kita buat, hanya akan terbenam bersamaan dengan berakhirnya tugas matahari untuk menghangatkan bumi selama-lamanya, yaitu saat kekuatan yang jauh lebih hangat telah menjadikan kita abu. I Love You, Sahabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H