Mohon tunggu...
Jesica Amanda Putri
Jesica Amanda Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

43223010025 | S1 Akuntansi | Fakultas Ekonomi dan Bisnis | Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebatinan Mangkunegaran IV pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

28 November 2024   07:18 Diperbarui: 28 November 2024   07:18 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PPT DokPri TB 2 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

Pendahuluan

Korupsi merupakan tantangan fundamental yang terus menghambat perkembangan di berbagai aspek kehidupan, baik di sektor pemerintahan, ekonomi, maupun sosial. 

Dampak buruknya tidak hanya dirasakan dalam bentuk kerugian material, tetapi juga merusak tatanan moral, kepercayaan publik, dan integritas kepemimpinan. Oleh karena itu, upaya pemberantasan korupsi tidak cukup hanya mengandalkan penegakan hukum yang bersifat represif. 

Diperlukan pendekatan komprehensif yang menyentuh aspek spiritual, moral, dan etika. Dalam sejarah Nusantara, terdapat banyak warisan nilai-nilai luhur yang dapat menjadi pedoman untuk membangun kepemimpinan yang bersih, berintegritas, dan bertanggung jawab. 

Salah satu contoh yang paling relevan adalah ajaran KGPAA Mangkunegara IV, seorang tokoh besar dari Mangkunegaran yang memadukan modernisasi dengan pelestarian budaya serta pembentukan karakter moral dalam kepemimpinannya. Beliau mengajarkan bahwa kepemimpinan tidak hanya soal kekuasaan, tetapi juga tanggung jawab besar untuk melayani masyarakat dengan hati nurani yang bersih. 

Ajaran Mangkunegara IV berfokus pada pengendalian diri, keberanian untuk bertindak benar, kesadaran moral, serta kemampuan untuk menciptakan harmoni dalam kehidupan. Nilai-nilai ini memberikan dasar yang kuat bagi upaya transformasi diri dan pencegahan korupsi, baik di tingkat individu maupun organisasi. 

Melalui pengamalan prinsip-prinsip seperti empati (Bisa Rumangsa, Ojo Rumangsa Bisa), keberanian untuk mengakui kesalahan (Angrasa Kleru), dan tindakan adil serta bijak (Bener Tur Pener), ajaran ini menjadi sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan modern. Pendekatan yang diajarkan Mangkunegara IV menempatkan spiritualitas sebagai landasan utama, yang tidak hanya membantu individu memimpin dirinya sendiri, tetapi juga mampu membangun sistem yang lebih bersih, transparan, dan adil. 

Artikel ini bertujuan untuk menggali lebih dalam nilai-nilai kepemimpinan Mangkunegara IV, mengapa nilai-nilai tersebut relevan dalam pencegahan korupsi, serta bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diterapkan dalam konteks kehidupan modern untuk menciptakan transformasi diri dan masyarakat yang lebih baik.

PPT DokPri TB 2 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB
PPT DokPri TB 2 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

KGPAA Mangkunegara IV adalah seorang tokoh visioner yang lahir pada 3 Maret 1811 di Pura Mangkunegaran, Surakarta. Beliau memimpin Mangkunegaran sejak tahun 1853 hingga 1881, di mana masa pemerintahannya dikenang sebagai periode kemajuan besar. Di bawah kepemimpinannya, Mangkunegaran tidak hanya mengalami reformasi ekonomi, tetapi juga menjadi pusat pelestarian budaya Jawa. 

Mangkunegara IV dikenal karena keberhasilannya memodernisasi Mangkunegaran tanpa meninggalkan akar tradisional yang telah menjadi warisan leluhur. Dalam bidang ekonomi, beliau mengembangkan industri gula dan sektor pertanian, yang memberikan dampak signifikan pada kemajuan ekonomi wilayah tersebut. 

Selain itu, beliau juga memperbaiki infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Sebagai pelindung budaya, Mangkunegara IV memiliki perhatian besar terhadap pelestarian seni Jawa, termasuk seni tari, musik, dan sastra. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Wedhatama, sebuah karya sastra yang mengajarkan kebijaksanaan dan nilai-nilai spiritual untuk kehidupan.

Namun, warisan terbesar Mangkunegara IV terletak pada ajaran kepemimpinannya yang sarat dengan nilai-nilai moral dan etika. Prinsip-prinsip yang diajarkannya, seperti Bisa Rumangsa, Ojo Rumangsa Bisa (merasa, tetapi tidak sombong), Angrasa Wani (keberanian untuk bertindak dan mencoba), serta Bener Tur Pener (melakukan kebenaran secara tepat), menjadi landasan penting dalam membangun karakter pemimpin yang bertanggung jawab. 

Beliau juga menanamkan nilai spiritualitas melalui prinsip Eling lan Waspada, yang mengajarkan pentingnya selalu sadar akan hubungan dengan Tuhan, sesama, dan alam. Selain itu, Mangkunegara IV dikenal karena pemahamannya terhadap elemen-elemen alam yang dituangkan dalam ajaran Asta Brata. 

Prinsip ini mengajarkan bahwa pemimpin harus meneladani sifat-sifat alam, seperti bumi yang melambangkan keadilan, matahari yang memberi manfaat tanpa pilih kasih, dan air yang menggambarkan harmoni serta fleksibilitas. Prinsip ini tidak hanya berlaku dalam konteks kepemimpinan politik, tetapi juga relevan untuk membangun integritas diri dalam kehidupan sehari-hari. Kepemimpinan Mangkunegara IV adalah cerminan harmoni antara kebudayaan, spiritualitas, dan modernisasi. 

Nilai-nilai yang dia ajarkan tidak hanya relevan pada masanya, tetapi juga menjadi panduan bagi generasi modern untuk membangun sistem yang bersih, beretika, dan berkeadilan. Ajaran ini menjadi warisan tak ternilai dalam mencegah korupsi dan membangun transformasi diri menuju masyarakat yang lebih baik.

PPT DokPri TB 2 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB
PPT DokPri TB 2 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

Apa Ajaran dan Prinsip-Prinsip Kepemimpinan KGPAA Mangkunegaran IV?

Prinsip-prinsip kepemimpinan KGPAA Mangkunegara IV merupakan warisan nilai-nilai luhur yang sarat dengan kebijaksanaan, spiritualitas, dan kesadaran moral. 

Prinsip-prinsip ini tidak hanya membentuk karakter pemimpin yang tangguh dan berintegritas tetapi juga memberikan pedoman bagi individu dalam memimpin dirinya sendiri. 

Ajaran ini mencakup berbagai aspek kehidupan yang relevan untuk diterapkan dalam pencegahan korupsi dan transformasi diri. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang ajaran dan  prinsip-prinsip tersebut:


A. Empat Prinsip Kepemimpinan

1. Bisa Rumangsa, Ojo Rumangsa Bisa : Prinsip ini menekankan pentingnya empati dan kesadaran diri dalam kepemimpinan. Dalam bahasa Jawa, Bisa Rumangsa berarti mampu merasakan atau memahami kondisi, kebutuhan, dan perasaan orang lain. 

Sebaliknya, Ojo Rumangsa Bisa berarti tidak merasa paling hebat, paling mampu, atau terlalu percaya diri sehingga mengabaikan pandangan orang lain. Seorang pemimpin yang mengamalkan prinsip ini akan lebih dekat dengan rakyatnya, karena ia memiliki kerendahan hati untuk mendengarkan, memahami, dan merespons kebutuhan mereka. 

Dalam konteks pencegahan korupsi, Bisa Rumangsa mengajarkan pemimpin untuk menyadari dampak negatif dari tindakan koruptif terhadap masyarakat, sementara Ojo Rumangsa Bisa mencegah sikap arogan yang sering kali menjadi penyebab penyalahgunaan kekuasaan. 

Prinsip ini juga mencerminkan bahwa    kepemimpinan tidak hanya soal kekuasaan, tetapi juga kemampuan untuk melayani dengan hati nurani yang bersih. Pemimpin yang merasa empati terhadap penderitaan rakyat akan lebih berkomitmen untuk menciptakan kebijakan yang adil dan bersih dari korupsi.

2. Angrasa Wani, Prinsip Angrasa Wani menekankan keberanian dalam kepemimpinan. Keberanian ini meliputi berbagai aspek, seperti:

  • Keberanian untuk mencoba: Pemimpin harus berani mengambil langkah baru yang mungkin penuh risiko, tetapi dibutuhkan untuk membawa perubahan positif. 

  • Keberanian untuk menegakkan hukum: Pemimpin yang berani akan menindak tegas setiap pelanggaran, termasuk korupsi, tanpa pandang bulu. 

  • Keberanian untuk menghadapi kritik: Kritik adalah bagian dari kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mampu menerima kritik dengan lapang dada dan menjadikannya sebagai bahan evaluasi. 

  • Keberanian untuk bertindak meskipun tidak populer: Pemimpin yang berani akan mengambil keputusan berdasarkan kebenaran, meskipun itu mungkin tidak disukai oleh sebagian orang.

Dalam pencegahan korupsi, Angrasa Wani adalah fondasi penting untuk menciptakan sistem yang transparan dan akuntabel. Contohnya, seorang pemimpin yang berani akan mengungkap kasus korupsi besar meskipun pelakunya adalah orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengannya.

3. Angrasa Kleru : Berbeda dengan Angrasa Wani, prinsip Angrasa Kleru menekankan keberanian untuk mengakui kesalahan. Dalam budaya Jawa, sikap ksatria ditunjukkan melalui kesediaan untuk bertanggung jawab atas segala kekeliruan, bukan dengan menyalahkan pihak lain. 

Angrasa Kleru mengajarkan bahwa pemimpin yang baik tidak harus selalu sempurna, tetapi mereka harus memiliki integritas untuk mengakui kesalahan, meminta maaf, dan berusaha memperbaikinya. Prinsip ini sangat penting dalam membangun kepercayaan masyarakat. 

Dalam konteks pencegahan korupsi, Angrasa Kleru menjadi pedoman bagi pemimpin atau pejabat publik yang terlibat dalam kesalahan administrasi atau penyimpangan untuk tidak bersembunyi di balik kekuasaan. Sebaliknya, mereka harus berani mengakui perbuatannya dan bersedia mempertanggungjawabkan di hadapan hukum.

4. Bener Tur Pener : Prinsip Bener Tur Pener mengajarkan bahwa tindakan kebenaran harus dilakukan dengan cara yang tepat. Bener berarti benar menurut aturan atau hukum, sedangkan Pener berarti sesuai dengan norma sosial, budaya, dan konteks yang ada.

 Pemimpin yang menerapkan prinsip ini tidak hanya memastikan bahwa keputusannya sesuai dengan hukum, tetapi juga menyampaikan keputusan tersebut dengan cara yang bijaksana sehingga dapat diterima oleh masyarakat. 

Dalam konteks pencegahan korupsi, Bener Tur Pener mengingatkan pemimpin untuk tidak hanya mematuhi aturan anti-korupsi tetapi juga melibatkan masyarakat dalam pengawasan agar upaya tersebut transparan dan akuntabel. 

Sebagai contoh, jika seorang pemimpin memberlakukan kebijakan antikorupsi di sektor publik, ia harus memastikan bahwa kebijakan tersebut disampaikan secara jelas dan dapat dipahami oleh semua pihak yang terkait. Dengan demikian, prinsip ini membantu membangun kepercayaan publik terhadap pemerintah.

PPT DokPri TB 2 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB
PPT DokPri TB 2 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB
B. Tiga Tingkatan Kualitas Kepemimpinan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun