Mohon tunggu...
Jeshicca Wulan Nari
Jeshicca Wulan Nari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Islam Institut Agama Islam Negeri Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Mahasiswa Psikologi Islam Institut Agama Islam Negeri Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dilema Generasi Milenial: Antara Optimisme dan Kecemasan Menghadapi Masa Depan

15 Juni 2024   00:07 Diperbarui: 15 Juni 2024   00:18 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis: Karisma Indira Mahasiswa Psikologi Institut Agama Islam Negeri Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung 

Generasi milenial, yang saat ini berada pada rentang usia 25-40 tahun, dihadapkan pada dilema yang kompleks dalam menyikapi masa depan. Di satu sisi, mereka tumbuh dalam era kemajuan teknologi yang menawarkan berbagai kemungkinan baru. Namun di sisi lain, mereka juga dihadapkan pada tantangan-tantangan sosial, ekonomi, dan ekologis yang semakin menantang. 

Bagi sebagian milenial, masa depan terlihat cerah penuh dengan peluang. Mereka optimistis bahwa inovasi teknologi akan membuka pintu-pintu baru menuju kesuksesan dan kesejahteraan. Kemajuan di bidang kecerdasan buatan, robotika, dan teknologi biomedis misalnya, dilihat sebagai katalis untuk menciptakan pekerjaan baru dan meningkatkan kualitas hidup. 

Di sisi lain, tidak sedikit milenial yang dilanda kecemasan dan kekhawatiran. Ancaman pengangguran akibat otomatisasi, ketidakpastian ekonomi, dan krisis iklim global menimbulkan kekhawatiran akan masa depan yang tidak menentu. Ketakutan akan tidak dapat memenuhi harapan orang tua, tuntutan kehidupan modern yang semakin tinggi, serta ketidakpastian pensiun di hari tua juga menjadi beban pikiran bagi banyak milenial. 

Paradoks ini menuntut generasi milenial untuk memiliki ketangguhan mental dan keterampilan adaptasi yang kuat. Mereka harus mampu menyeimbangkan optimisme dengan kewaspadaan, serta mengelola kecemasan dengan tetap berpikir kreatif dan inovatif. Membangun ketahanan diri, mengembangkan keahlian yang relevan, serta memiliki jaringan sosial yang solid akan menjadi kunci bagi milenial untuk menavigasi masa depan yang tidak pasti. 

Diperlukan upaya kolektif dari berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, dunia usaha, hingga lembaga pendidikan, untuk mendukung generasi milenial dalam menghadapi tantangan dan meraih potensi terbaik mereka. Hanya dengan demikian, dilema generasi milenial dapat diurai dan masa depan dapat dijalani dengan lebih optimis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun