Mohon tunggu...
Jeshicca Wulan Nari
Jeshicca Wulan Nari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Islam Institut Agama Islam Negeri Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Mahasiswa Psikologi Islam Institut Agama Islam Negeri Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Berbicara dalam Kebisuan: Tantangan Budaya Interaksi di Era Transformasi Sosial

14 Juni 2024   17:31 Diperbarui: 14 Juni 2024   17:32 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kecanduan gawai(bowie15)

Penulis: Abdur Rahman                                                                         Mahasiswa Psikologi Islam Institut Agama Islam Negeri Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah lanskap interaksi sosial secara drastis. Dalam era transformasi sosial yang semakin cepat, kita dihadapkan pada tantangan untuk membangun budaya interaksi yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Namun, di tengah perubahan ini, kita sering kali terjebak dalam kebisuan yang memprihatinkan. 

Salah satu isu yang muncul adalah semakin terkikisnya kemampuan berkomunikasi secara tatap muka dan membangun hubungan personal yang bermakna. Sebagian besar interaksi kini berpusat pada media digital, yang seringkali mengesampingkan unsur empati, pendengaran aktif, dan kemampuan berdialog yang konstruktif. 

Padahal, interaksi yang efektif dan bermakna tidak hanya bergantung pada kemampuan teknis menggunakan alat komunikasi, tetapi juga pada kemampuan memahami konteks, membaca bahasa tubuh, dan merespon dengan kepekaan. Kesenjangan ini semakin menjauhkan kita dari pengalaman interaksi yang kaya dan mendalam. 

Di sisi lain, transformasi sosial juga membawa pergeseran budaya dalam hal etika berinteraksi. Terkadang, kita menyaksikan fenomena "keberanian" dalam berinteraksi di dunia digital yang tidak diimbangi dengan rasa hormat dan kesadaran akan dampak dari setiap tuturan atau tindakan kita.Hal ini mengakibatkan polarisasi, konflik, dan bahkan dehumanisasi dalam interaksi sosial. 

Untuk itu, diperlukan upaya bersama untuk membangun budaya interaksi yang lebih sehat dan bermakna. Kita perlu memperkuat kemampuan komunikasi interpersonal, membudayakan mendengarkan aktif, dan mengembangkan empati serta kesadaran akan dampak tutur kata dan tindakan kita. 

Transformasi sosial yang terjadi harus diikuti dengan transformasi dalam cara kita berinteraksi. Berbicara dalam kebisuan, kita perlu mengembalikan esensi interaksi sebagai sarana untuk saling memahami, bertukar gagasan, dan membangun hubungan yang konstruktif. 

Hanya dengan demikian, kita dapat memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memperkaya, bukan malah mengikis, kualitas interaksi sosial kita. Tantangan budaya interaksi di era transformasi sosial menuntut kita untuk kembali memprioritaskan kemampuan berkomunikasi yang bermakna dan manusiawi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun