Mohon tunggu...
Jery Tampubolon
Jery Tampubolon Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Act and Wait. that's my Concept

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kita dan "Dosa"

28 Mei 2012   10:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:41 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Ada sms masuk, bunyinya begini..."met minggu bang, ke gereja kamu hari ini..???" jawabku, met minggu juga ya, aku sudah tidak pernah kegereja lagi...aku sudah tidak menjadi pengemis surga lagi...aku sudah berhenti "beronani" didalam gereja...minggu itu bagiku cuma simbol pembebasan diri saja...bebas dari perbudakan agama...bebas dari keterikatan...bebas dari egoisme diri...bebas namun Bertanggung Ja..wab... atas semua perbuatan diri kita sendiri...termasuk berani bertanggung jawab krn tidak butuh tuhan dan surga lagi...aku masih mengidolakan Yesus sang pemberontak itu...justru karena mencintai perbuatan dan kisah-kisahNya lah maka aku tidak tega untuk membebani dosa-dosaku kepadaNya...biarlah dosa-dosa ini kutanggung sendiri...karena aku bukan pengecut yang dengan rasa lega selalu membebani kesalahanku pada orang lain...salam bebas-merdeka..."

dariku...sikafir yg sombong ini...)

Pesan singkat tersebut hanyalah sebuah catatan fiksi...

dalam konteks intern,kita harus mengerti apa sebenarnya makna tentang "agama"

dalam kemajemukan pluralis, "euforia" dalam kehidupan beragama bukanlah perbincangan yang jarang lagi. sering ditemukan berbagai kasus-kasus agama yang bahkan sampai mengesampingkan nilai-nilai humanisme dalam kehidupan sosial . karena keegoisan akan "agama" lahirlah benteng-benteng pemisah ditengah-tengah manusia .manusia dengan keegoisannya beradu argumen dengan dogma agama masing-masing .mana yang pantas sebagai pembenaran dan dogma mana yang tidak pantas untuk dijadikan sebagai keyakinan .

hanya karena "agama" kehidupan untuk damai telah dibutakan .sepantasnya,jika kita memang manusia yang dewasa,layaklah kita menggunakan "agama" sebagai perintis akan nilai-nilai moral maupun humanisme dalam tiap pribadi kita masing-masing .

janganlah melabelkan agama sebagai tangga penghancur akan kehidupan universal.

"jikapun" agama adalah sebagai penangga bagi kita untuk mencapai surga,bukankah dengan mengedepankan nilai-nilai humanisme kita telah mewujudkan intensitas "surga" yang sebenarnya ??

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun