Mohon tunggu...
Jery Henuhili
Jery Henuhili Mohon Tunggu... -

A senior management consultant, dedicating life to improve productivity.

Selanjutnya

Tutup

Money

Antennagate

29 Juli 2010   07:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:29 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu kasus menarik dari raksasa teknologi, Apple, baru-baru ini. Apple menyebutnya "Antennagate"

Secara gamblang, kasus ini berawal dari banyaknya komplain dari para pengguna iPhone 4 mengenai kualitas sinyal yang kurang baik dan cenderung mengarah pada putusnya sambungan dari waktu ke waktu. Setelah ditelusuri lebih lanjut, hal ini disebabkan oleh satu kondisi fatal pada desain antena iPhone 4 yang dapat menyebabkan degradasi penangkapan sinyal bila seseorang menyentuh satu titik khusus pada tubuh iPhone 4.

Beberapa hari lalu, Apple mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan hal ini. Konferensi pers tersebut dibuka dengan pernyataan bahwa "Apple is not perfect" - "Apple tidaklah sempurna". Kemudian dilanjutkan dengan beberapa video yang pada hakekatnya ingin menunjukkan bahwa produsen smartphone lain juga memiliki masalah serupa dengam kondisi yang tentu saja berbeda.

Sungguh menarik, bahwa kasus di atas sedikit mirip dengan perilaku manusia dalam aktivitas keseharian di tempat kerja. Mungkin kita pernah - atau sering - menemukan adanya rekan kerja yang bersikap sebagai seorang perfeksionis, merasa pintar dan profesional, atau merasa dirinya hebat, bahkan lebih hebat dari orang lain. Atau mungkin atasan yang selalu menganggap dirinya benar dan orang lain selalu salah, sehingga ada lelucon mengenai "Pasal 1 pasal 2" yang mengatakan bahwa atasan selalu benar, bila atasan salah lihat peraturan nomor satu.

Dan apa yang terjadi bila orang-orang tersebut melakukan kesalahan yang kentara dengan jelas? Mereka akan mencoba berbagai cara bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan yang lumrah, yang patut dimengerti, dan bahkan cenderung mencari kambing hitam untuk melempar kesalahan. Atau mencar-cari kesalahan serupa dari pihak lain untuk membenarkan dirinya bahwa kesalahan tersebut adalah sesuatu yang normal.

Lebih lanjut, apa yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya? Mereka akan beria-ria atas kesalahan tersebut, dan akan terus menerus mengungkitnya sampai kapanpun.

Konyol bukan?

Lalu, apa pesan yang dapat ditarik dari kasus ini? Tentunya, kita sebagai manusia harus menyadari sejak dini bahwa tidak ada yang sempurna. Lebih jauh lagi, menganggap diri sempurna secara tidak langsung menutup diri kita dari kesempatan untuk improvement, padahal dunia di sekitar kita selalu berubah dan berusaha untuk menjadi lebih baik.

Harus diakui bahwa bila kita menduduki posisi di atas dalam jenjang manajemen, kita cenderung untuk bersikap "pasal 1 pasal 2" di atas. Namun ada baiknya bagi kita untuk selalu belajar menjadi pemimpin yang baik bagi anak buah kita.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun