saat aku putuskan untuk songsong fajar di ujung balingbing
ada sepoi yang menoreh pipi
seperti ada sesuatu yang mengganjal di hati
pergi atau tetap diam dalam bimbang
pagi saat kutelusuri lapang di ujung gelanggang
ada sedikit sapa yang terus menggoda
berharap sedikit asa untuk menyapa
tak terasa, hati terbawa untuk terus melenggang
satu persatu asa mulai terbilang
menapak curam dengan perlahan
bahkan sedikit berlari tuk saling bertahan
rasasnya semua bagai mimpi
mengisi ruang hampa yang pernah hilang
ada genggam erat yang menggelayut dalam diri
menapak saling beriring, mendaki saling menopang
ada rasa saling percaya yang membuat hati menjadi lapang
seolah semuanya tak ingin lepas jauh dari sendiri
dalam hening saat semua lelah dalam pelukan alam
canda dan tawa menjadi satu yang langka
melepas semua cita dan duka
seolah semuanya hilang dalam egonya alam
tak terasa ada setitik embun bening menetes di pipi
rasa cita dan duka berubah menjadi terapi
merayap kesemua indra agar kita tetap terus berbagi
semua itu nyata dalam angan
dan tak terasa kita masih
bisa duduk bersama dalam sempitanya alam
bisa berjalan bersama dalam egonya alam
bisa berbagi bersama dalam keterbatasan alam
bisa bercanda bersama dalam kebisuan alam
bisa mendengkur bersama dalam keheningan alam
bisa menangis bersama dalam ganasnya alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H