Mohon tunggu...
Jerry Nf
Jerry Nf Mohon Tunggu... -

bermakna pada saatnya\r\npamit setelah berguna\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bila Engkau Berpaling

17 Oktober 2011   09:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:51 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat ufuk mulai bergeliat, aku berbisik pada diriku
kenapa sinarmu tak nampak cerah pagi ini
Hhmm ternyata rona merah jingga itu enggan menyapa
Dia duduk mengangkangi cakralawala biru
Seakan ingin berteriak “hey aku penguasa bumi”

Dalam diam aku bergumam, ah….tanpa dia memang bumi tak terlihat jantan….
Aku tak melihat adanya penolakan atas keperkasaan itu dalam rana semesta
Alam pun menderu membuat suasana hingar menandakan keberpihakannya kepada sang fajar

“Ya, aku tahu itu! “
“Tapi kau tak terlihat gagah pagi ini! “
“Aku tak melihatmu sebagai sebuah mahluk yang jujur, kuat dan pemberani! “

Sekelebat terasa begitu cepat datangnya gending (*1) menerpa punggung leherku,
aku menoleh, menangkap begitu kuat kemarahannya kepadaku
“Kau tak pantas bergumam seperti itu untuk rajaku!”
gerakannya tak terkendali membiaskan aroma kematian, cepat dan tak menyisakan apapun yang bersandar di bumi.

Sekonyong-konyong muncul siklonal (*2), dan mengangkat semua yang rebah
menebar jala kenistaan,
membuat aroma kedukaan semakin nyata

Aku tertunduk, melihat tak ada yang tersisa, semua hilang dari pandangan

Aku tak berucap,
indraku tersekap dalam gamang
“Kenapa kau lakukan ini?”
“Kenapa kau pertaruhkan kami dalam edarmu?”

Rona merah jingga merambat, berangsur memerah
panasnya mulai meresap di permukaan ari
Merasuk dan hidup dalam darah setiap insan

“Para Hawa tak berpihak padaku, pada sungai, pada gunung, dan pada alam yang ada dalam jagat ini”. Warnanya semakin terang, mengaburkan horizon biru dalam pandanganku.

“Para Adam menentangku, membuat sungai tak lagi berair, membuat gunung tak lagi tinggi, membuat angin tak lagi berbisik. Kalian mengekang dan menyumbat semua garis dalam keteraturanku, aku berpaling dari bumimu”

Pergeseran derajat mulai tinggi, bayang-bayangpun tepat dibawah badanku. Aku bersumpah pada penguasa alam
Aku tak ingin menunggu dalam kesia-an waktu, meneropong masa depan dalam gelap.
Kucoba buka lipatan waktu yang tersisa dalam edarmu, masih adakah waktu yang tertinggal yang dapat aku kejar.
Sinarmu yang memandikan, membuat buih kehidupan akan terbangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun