Februari 2014 akan berakhir, waktunya membuka travel wish list, urutan selanjutnya adalah Ranu Kumbolo. Iya Ranu Kumbolo, siapa sich yang ga tau tempat yang sangat eksotik ini meeennn .... ?? Ehmmm, sebuah tempat keberuntungan apabila kita dapat menyaksikan matahari terbit di Ranu Kombolo yang terkenal akan keindahannya itu. Satu gandengan kalo kita cerita tentang Ranu Kumbolo, maka rentetannya yang diaminin oleh para pendaki ataupun traveler adalah Ranu Pane desa terakhir di lereng pengunungan Tengger, Tanjakan Cinta dengan segala mitosnya, Padang Oro-Oro Ombo yang romantis, Arcopodo di lereng mahameru yang dingin misterius, Kawah di puncak Gunung Semeru yang dikenal juga dengan nama Jonggring Saloko, tampak gagah dan suci serta pastinya sang Mahameru, mencapai ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl), sebuah titik tertinggi di pulau Jawa. Saat sebut Mahameru, langsung dech teringet ma Soe Hok Gie yang menuliskan “Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.” Ya itu la salah satu alasan, mengapa kita kembali ke Ranu Kumbolo, sebuah Danau di Ketinggian 2.390 mdpl terletak di Kabupaten Lumajang, Propinsi Jawa Timur atau tepatnya di Pegunungan Tengger, kawasan Gunung Semeru. Untuk mencapainya kita dapat dengan berjalan kaki dengan waktu tempuh antara 4-6 jam, perjalanan melewati jalan setapak dari desa terakhir yaitu Desa Ranu Pane. Pada musim pendakian, suhu rata-rata pada malam hari berkisar antara 3°c – 8°c sedangkan pada siang hari berkisar antara 15°c – 21°c. Di saat tertentu, di beberapa daerah di kawasan ini apabila terjadi hujan, dengan dinginnya suhu, maka akan berbentuk butiran es atau temen-temen pendaki bilang salju tropis meen !! ... hahahaha. Dalam travel list-ku, walo baru 3 kali aku mendaki dan mencapai puncak Mahameru ini, selalu saja ada catatan yang berbeda dan itu membuatku selalu ingin kembali. Diantaranya, di saat-saat menanti terbitnya matahari pagi di Ranu Kumbolo, dimana saat-saat embun yang berwujud kristal es mulai mencair di hamparan rerumputan, menjadikan pemandangan sangat eksotik, sungguh eksotik ... semua sesaat merubah padang rumput hijau dengan diselingi oleh pepohonan ini menjadi kilauan padang rumput atau savana putih yang membentang dengan segala kilaunya .. sungguh indahnya alam Indonesia Meeenn !! Ssssttt, ga perlu buru-buru packing untuk segera berangkat kesana lhoo .. sabar, kita pasti-in .. pendapat tentang Ranu Kumbolo, yang disampai-in si teteeh Kiki, panggilan neng geulis Rizki Hardianti Apriliah, Pendaki dari Jakarta yang berdarah Sukabumi, Jawa Barat. “Hmm.. Ranu Kumbolo, full of romance view, fresh air, termasuk hidden paradise, dapur seru untuk masak-masak, tempat seru untuk berbagi cerita, Ranu Kumbolo itu cantik dan ngangenin!!” ujarnya Selanjutnya tambah teeh Kiki, “Dapat dinikmatin semua kalangan.. Haduh kangen deh sama si Kumbolo ... hahaha. Ranu Kumbolo tempat pembuat moment-momen mengesankan, dari segi kenikmatan tempatnya membuat aksi interaksi yang nyaman, dari segi nature menampilkan fenomena alam Indonesia yang amazing.. Saat badai kabut muncul dibalik dua bukit yang membelahnya atau pada saat matahari terbit tepat dari sisi tengah diantara dua bukit saling mengapitnya” Ga ada alasan lain, haiyoo kita packing sekarang dan berangkat sekarang .. Ranu Kumbolo Meennn !! >> Jerri Irgo, Freelance Photographer ; Traveler ; Travel Writter
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H