Mohon tunggu...
Zerita Karimah
Zerita Karimah Mohon Tunggu... Lainnya - College Student

Lifestyle | Culinary | Travel

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Begini Hubungan Antara Makanan Ultra Proses dan Dengan Kesehatan Otak

20 Desember 2024   07:51 Diperbarui: 20 Desember 2024   07:51 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makanan merupakan aspek penting manusia dalam bertahan hidup. Sejak dahulu manusia telah memiliki insting untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk dalam pangan merekadengan berburu dan mengumpulkan makanan dari alam. Namun, ketika zaman semakinberkembang makanan tak lagi perlu untuk dicari dengan berburu.

Berbagai jenis makanandapat ditemukan di toko sekitar kita. Meski begitu, makanan yang ditawarkan oleh penjual tak sepenuhnya dapat dikonsumsi. Halini dikarenakan sejalan berkembangnya teknologi, orang-orang mulai mengembangkanberbagai bahan untuk membuat makanan menjadi lebih tahan lama, lezat, dan menarikperhatian konsumen. Salah satu jenis makanan yang tak baik adalah makanan ultra proses(UPF).

Menurut sebuah penelitian tahun 2019 makanan ultra proses didefinisikan sebagai makananyang mengandung daftar bahan dengan karakteristiknya tidak pernah atau jarang dipakai didapur atau pada kelompok aditif yang berfungsi untuk membuat produk akhir menjadi lebihenak atau lebih menarik.

Lalu bagaimana hubungan makanan ultra proses dengan kesehatan otak?

Dilansir dari New York Times bahwa penelitian terbaru telah menunjukkan adanya hubunganantara makanan yang sangat diproses (UPFs) dan suasana hati rendah. Dalam sebuah penelitian tahun 2022 yang melibatkan lebih dari 10.000 orang dewasa di Amerika Serikat,semakin banyak UPF yang dikonsumsi peserta, semakin besar kemungkinan merekamelaporkan depresi ringan atau perasaan cemas. "Ada peningkatan signifikan dalam jumlahhari tidak sehat secara mental pada mereka yang mengonsumsi 60 persen kalori atau lebihdari makanan ultra proses," kata Dr. Hecht, penulis studi tersebut.

"Ini bukan bukti dari sebab akibat, tetapi kita dapat mengatakan bahwa mungkin terdapathubungan diantaranya."

Penelitian baru juga menemukan adanya hubungan antara konsumsi makanan ultra prosesyang tinggi dengan penurunan kognitif. Sebuah studi tahun 2022 yang melibatkan hampir 11.000 orang dewasa di Brasil selama satu dekade menemukan hubungan antara konsumsimakanan ultra proses dengan fungsi kognitif yang lebih buruk seperti kemampuan untukbelajar, mengingat, bernalar, dan memecahkan masalah.

"Meskipun kita mengalami penurunan alami dalam kemampuan ini seiring bertambahnyausia, kami menemukan bahwa penurunan ini meningkat sebesar 28 persen pada orangyang mengonsumsi lebih dari 20 persen kalori mereka dari UPF," kata Natalia Gom Goncalves, peneliti pascadoktoral di Fakultas Kedokteran Universitas So Paulo dan penulisutama pada penelitian tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun