AKULAH SAKSINYA CICAH MENET
obat perut setalah berpuasa di bulan ramadan "
"maman ilang maman ijo ara zahman ara besilo" singkatnya ada zahman dulu makanya ada sekrang pepatah yang sering di ucapkan nenek beungong wanita lansia yang sangat mencintai teradisi gayo lues , rambaut puti degan tahilalat di bawah mata, kulitnya sudah mengkerut , murah tersenyum dengan memperlihatkan giginya yang nampak kuning ke merahan akibat mengonsumsi sirih berseta antek antekanya di letakkan di satu tempa yang di sebut dengan kampil ata biasa di sebut dengan ranup bejana yang terbuat dari bersi berwarna emas.
 Setiap akhir bulan puasa menjelang lebaran Aidil fitri di sebut dengan lo gelih ( hari meyembelih hewan ternak ) dimana ada mitos di teradisi gayo apa bila sudah terpotong kepala sapi atau kerbau di hari itu maka sudah bisa berbuka puasa , hal ini berbantahan dengan depenisi puasa itu , menahan lapar dan haus dari terbit pajar sampai terbenamnya matahari. Di hari itu para bapak bapak pergi ke hutan yang dekata dengan kampung untuk memcari beberapa pohon untuk membuat cicah menet Â
suku gayo memiliki menu wajib di akhir bulan puasa membuat cicah menet / sambal mentah yang terbuat dari rebusan daging dan pati sari dari beberapa kulit pohon pilihan yaitu pohon gelima, batang menet, batang bebeke , batang geluni, awas Aceh , irisan bawang merah , kelapa gonseng dangan sedikit santan, dan jruk purutÂ
 Rasanya yang unik ada sedikit kelat, pahit, rasa daging dan asin dari persasan santan menjadi cirikhas , aroma isiran daun purut sangat memanjakan hidung cicah ini di yakini sebgaia obat perut untuk melancarkan dan menjaga darah dengan memakan cicah menet ini juga akan menjadi sabuah saksi sudah berpuasa. Jelas sedikit nenek beungong.
Untuk meperjelas nenek beungong mengajak kami ke kampung Kendawi kecamatan Dabun gelang , setalah melewati jembatan tanjakan yang tinggi di bewahnya terdapat perswahan padinya sudah menguning mungkin beberapa hari lagi akan panen kampungnya yang terletak lumyan tinggi lurus sedikit beleok kiri ada turunan jalan di sampinya ada rumah berwarna hijau, yang terbuat dari papan atap rumah yang terbuat dari seng cap angsa, ada kakek kakek yang mungkin sudah berumur 52 tahun, tubuhnya tinggi peci warna hitam , baju kotak kotak berwarna abu abu dan merah sarung warna armi bergaris ada campuran warna biru dari bren gajah duduk.
 Kami di ajak masuk kerumahnya , menyalakan lampu jam menunjukana pukul 16: 52 setalah berbincang sedikit kakek ia megajak kami untuk mendangarkan kekeberen seperti cerita zahman dahulu juga dulu di pakai untuk mengajarkan moral dan agama dengan menceritakan kisa kisah yang penuh dengam pebelajaran baik kisah nabi dan rosul , serta hikayat lama.
Perma kali kakek itu melantukan cerita dengan mekai lagu bunyinya begini
 " ini ku ceriten we ceriteni dapur , siro kunul kunul we sewaktu jerang , hana ken sebeb e dapurku empat sagi , cube I perahi asal usul e , islam ,imen , tauhid makripet . nge mari oya kelilik en onom rukun ni imen bagin ne sara dapur roa baginne , kuren belanga laen kelilik ne I inyelen kuren cube I tauk en asal tasyaup ni , nge mari oya renye musiu , renye I garu kati rata tasak e nge nari oya renye I sungkit renye kiup ne kati renes kreoni , nge mari oya renye I karih kati beti kati beti dele tembubuhni ngemari oya nyebuh piring masing masing hide kenak ni korong ni " Ara poen I buh cicah"Â
 Selesai menghikayatkan ceritanya kakek usuf husin ataua lebih di kenal dengan kek rusli , yang perna menjabat sebgai imam kampung beliu juga di kenal dengan kepiawainya melanjutkan bekekeberen menceritakan kenapa kayu untuk membuat cicah menet pertama: kayu gelime atau pohon jambu biji dulu konon katanya dari guru, orang pintar, kayu menet asalnya dari orang kuat dan berkat , bebeke asalnya dari orang suka ketawa , sementara batang geluni asal nya dari seorang guru yang suka memperintahkan makanya sering kali kayu geluni di gunakan untuk mengarahkan dan memukul hewan ternak. Â