Ibu Pdt Iriani Grace Nanuru S, Th. lahir di Ambon 8 Mei 1974, beliau mengenyam pendidikanya  dari TK hingga SMA di Sorong.  Pada tahun 1993 ibu Grace berangkat ke Yogyakarta untuk melanjutkan studinya dengan mengambil S1 Theologia. Namun karena beberapa halangan akhirnya baru pada tahun 1994  beliau kuliah di S1 Thelogia Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta. Selama mengisi waktu dari tahun 1993-1994 beliau mengambil komputer administrasi di Santa LPK dan kursus Bahasa Inggris di Lembaga Indonesia Amerika (LIA).
Selama kuliah di UKDW Ibu Grace cukup aktif dalam kegiatan di luar dan dalam kampus..Di luar kampus  aktif pada beberapa organisasi eksternal yaitu GMKI, Stubehemat dan LSM Dirlan Nusantara yang bertempat di Barat Pasar Prambanan. Kegiatan social Ibu Grace sebagai pendamping anak-anak jalanan yang ada di bawah binaan Kementrian Sosial (Kemensos). Ibu Grace juga pernah menjadi pengurus di Komite Independen Pemandu Pemilu di Sleman.Â
Namun, karena berbagai aktivitas yang diikuti akhirnya perkuliahan di S1 Theologia UKDW tidak bisa diseslesaikan dan akhirnya Ibu Grace melanjutkan di Kampus Marturia Yogyakarta  Setelah menyelesaikan kuliahnya, Ibu Grace kembali ke Sorong pada tahun 2007 dan beliau mendaftar menjadi vikaris pendeta di Sinode Jayapura, setelah itu beliau divikariskan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013, kemudian pada tahun 2015 ibu Grace diteguhkan sebagai pendeta Gereja Kristen injili di Tanah Papua (GKI). Kapatlap merupakan kampung tempat pertama kali ibu  Grace ditugaskan sebagai pendeta dan sekaligus melakukan pemberdayaan masyarakat.
Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat di Kapatlap, ibu Grace memulai di bidang pendidikan. Baginya, pendidikan adalah senjata yang paling ampuh, untuk mengubah manusia, dengan pendidikan terbentuk pola fikir untuk maju serta memperluas pengetahuan manusia. Hal inilah yang mendorong Ibu Grace untuk memulai pemberdayaan di Kapatlap dengan memfokuskan di pendidikan.
Langkah-langkah yang untuk pemberdayaan masyarakat melalui pengalaman sosialnya di Kapatlap, ibu Grace memusatkan perhatian terutama kepada anak-anak yang masih kurang  mendapat pendidikan yang berkualitas. Metode pendekatan dilakukan dengan hati supaya dapat mendekati anak-anak secara emosi kemudian anak-anak diajak untuk belajar sambil bermain. Langkah ini diikuti dengan pendekatan dan mengedukasi  pada para ibu di Kampung Kapatlap, karena para ibu hanya berdiam diri di rumah, aktivitas utama mereka hanya memancing setelah itu kembali ke rumah.
Ibu Grace membuat kegiatan-kegiatan yang dapat membangkitkan kreativitas ibu-ibu serta masyarakat Kampung Kapatlap secara keseluruhan. Untuk keberlangsungan program pemberdayaan sebagai upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia ini beliau menjalin kerjasama dengan pemerintah kabupaten Sorong melalui Ibu Nancy Malak istri dari mantan Bupati Sorong. Bersama Ibu Nancy Malak beserta tim pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) membuat pelatihan-pelatihan seperti merajut tas, menjahit, membuat kue dan lain-lain.
Bukan hanya sampai di sini, Ibu Grace menjalin kerjasama lebih lanjut dengan wakil Bupati Raja Ampat untuk menghidupkan Bumdes di Kampung Kapatlap.  Bumdes ini mengelola potensi-potensi local yang ada di Kampung Kapatlap dan diisi oleh masyarakat di kampung kapatlap. Beberapa aktivitas bumdes menjaring ikan dan menokok sagu, Ibu Grace juga membangun relasi antara gereja dengan pemerintah Raja Ampat, relasi ini  sangat penting mengingat perannya yang besar untuk  membantu masyarakat setempat dalam  mengelola potensi bahan pangan lokal masyarakat Kampung Kapatlap.
Selain itu, Ibu Grace juga menjalin kerja sama dengan konservasi internasional yang bergerak dalam menjaga dan mengelola kawasan ekowisata. Hal ini dilakukan karena beliau melihat banyak warga masyarakat yang memburu ikan menggunakan tanaman akar Bore Papua yang merupakan tanaman penghasil bahan beracun, mengandung bahan aktif utama Retonen dan seperti pada akar tanaman Tuba. Tanaman ini tidak diperbolehkan untuk diminum, dan harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak, karena beberapa kasus banyak warga sekitar yang mencoba meminumnya, dan akhirnya tak terselamatkan.
Dalam rangka menjaga kelestarian lautan di Raja ampat, Â Ibu Grace menjalin kerja sama dengan konservarsi internasional, mereka pun membuat sasi pada hewan atau biota laut, sasi yang digunakan adalah sasi permanen dan tidak permanen untuk menjaga kelestarian ekonomi kelautan.