Masa remaja adalah fase penting yang ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan sosial. Pada masa ini, remaja harus membuat keputusan penting, seperti memilih karir. Bimbingan karir sangat penting untuk membantu mereka merancang langkah yang tepat demi masa depan yang lebih baik. Sayangnya, bimbingan karir masih diremehkan di Indonesia.
Riset oleh Youthmanual, setelah dua tahun, menemukan bahwa 92% siswa SMA/SMK merasa bingung tentang masa depan mereka, dan 45% mahasiswa merasa salah memilih jurusan. Hal ini menunjukkan bahwa bimbingan karir kurang mendapatkan perhatian, terutama bagi remaja dan institusi pendidikan di Indonesia. Masa remaja adalah periode krusial untuk membuat keputusan yang akan memengaruhi kehidupan mereka di masa mendatang. Riset oleh  Putri Fathia Fadilla juga menyampaikan bahwa bimbingan karir memainkan peran krusial dalam karir remaja. Tanpa bimbingan yang tepat, banyak remaja terjebak dalam karir atau jurusan yang tidak sesuai dengan minat dan potensi mereka, yang berdampak buruk pada kinerja akademis dan karir masa depan.
Ada beberapa faktor penyebab minimnya bimbingan karir. Pertama, kurangnya kesadaran akan pentingnya bimbingan karir. Di sekolah, keluarga, dan masyarakat, bimbingan karir sering dianggap kurang penting dibandingkan aspek akademis. Orang tua cenderung berfokus pada nilai akademis tanpa mempertimbangkan karir masa depan anak. Remaja juga sering tidak memikirkan masa depan dan terjebak dalam kehidupan yang menyenangkan. Hal ini mengakibatkan banyak anak tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Sebuah riset dari Universitas Ahmad Dahlan menyatakan bahwa penyebab utama perilaku malas belajar pada remaja adalah kurangnya motivasi, yang disebabkan oleh ketiadaan tujuan karir.
Kedua, budaya dan ekspektasi sosial sering membatasi remaja dalam mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Riset dari Youthmanual menunjukkan bahwa banyak siswa kesulitan memilih jurusan karena tidak memahami potensi mereka. Riset Irma dalam tesisnya juga menyoroti bahwa pola asuh otoriter membuat remaja mengikuti jalur karir yang dipaksakan oleh orang tua, seperti menjadi dokter atau insinyur, yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Ketiga, minimnya akses ke konselor karir profesional menjadi tantangan. Banyak sekolah di Indonesia tidak memiliki konselor karir yang memadai, atau jika ada, jumlahnya terlalu sedikit. Jurnal yang dipublikasikan oleh Ratna Utami Singgih menjelaskan bahwa kurangnya konselor karir yang berkualitas menyebabkan bimbingan yang diberikan tidak maksimal.
Minimnya bimbingan karir dapat menimbulkan dampak yang serius, seperti meningkatnya pengangguran dan ketidaksesuaian keterampilan dengan pasar kerja. Banyak lulusan tidak dapat memperoleh pekerjaan karena keterampilan yang mereka pelajari tidak relevan dengan industri. Hal ini diperburuk dengan pengaruh orang tua yang sering memaksa anak-anak untuk mengikuti jalur karir tertentu tanpa mempertimbangkan kebutuhan pasar. Riset oleh Junaidi Fery Efendi dari Universitas Muhammadiyah Surabaya menunjukkan bahwa banyak lulusan bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan jurusan mereka.
Dampak lainnya adalah hilangnya potensi diri. Remaja yang tidak mendapatkan bimbingan karir tidak mampu mengeksplorasi minat dan bakat mereka secara maksimal. Mereka sering kali memilih karir yang tidak sesuai karena tekanan lingkungan. Ini bisa menyebabkan ketidakpuasan yang mendalam, mempengaruhi kinerja akademis, dan bahkan kesehatan mental mereka.
Solusi untuk masalah ini melibatkan beberapa langkah strategis. Pertama, perlu ada peningkatan kesadaran tentang pentingnya bimbingan karir. Seminar dan lokakarya untuk orang tua, siswa, dan masyarakat dapat membantu mereka memahami pentingnya bimbingan karir dalam merancang masa depan yang lebih baik. Kedua, penyediaan konselor karir yang berkualitas di sekolah sangat penting. Konselor yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus akan mampu memberikan bimbingan yang lebih baik. Pelatihan bagi konselor juga diperlukan agar mereka selalu mengikuti perkembangan tren karir dan dunia kerja.
Selain itu, program bimbingan karir harus diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Dengan demikian, siswa dapat lebih awal mengenali potensi mereka dan mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia kerja. Kolaborasi antara sekolah dan industri juga diperlukan untuk memberikan pandangan realistis tentang kebutuhan pasar kerja.
Kesimpulannya, minimnya bimbingan karir di Indonesia dapat berdampak serius bagi masa depan remaja, seperti ketidakjelasan tujuan hidup, pengangguran, dan kehilangan potensi diri. Oleh karena itu, kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karir remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H