Mohon tunggu...
Jeremy Nathan Alamsyah
Jeremy Nathan Alamsyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Pelajar ang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekskursi 2024, Membangun Karakter Melalui Perjumpaan dan Keberagaman

17 November 2024   20:00 Diperbarui: 17 November 2024   20:15 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pompes Ekskursi ALITIFAG

Keberagaman adalah sebuah anugerah Ilahi yang menyatukan kita dalam harmoni kehidupan. Itulah salah satu pelajaran penting yang saya dapatkan dari pengalaman mengikuti ekskursi 2024. Kegiatan ini tidak sekadar menjadi perjalanan fisik, tetapi sebuah perjalanan batin yang membuka mata kami tentang pentingnya menerima dan merayakan perbedaan. Ekskursi 2024 membawa kami, para siswa Kolese Kanisius, untuk berinteraksi dengan para santri dari Pesantren Bismillah di Serang, Banten. Dalam kegiatan bersama seperti mengaji, berbagi cerita, bermain, dan saling mengenal, kami menyadari bahwa keberagaman bukanlah penghalang, tetapi justru menjadi kekuatan yang menyatukan. Setiap individu memiliki latar belakang dan pandangan hidup yang berbeda, tetapi melalui pertemuan dan interaksi yang tulus, kami dapat menemukan titik temu yang memperkaya pengalaman hidup kami. Hal inilah yang menjadikan ekskursi ini sebagai proses formasi yang tidak hanya membentuk pengetahuan kami, tetapi juga karakter kami sebagai pelajar yang lebih dewasa dan lebih siap menghadapi dunia yang semakin kompleks.

Perjalanan ekskursi 2024 mengajarkan kami tentang arti persatuan dalam keberagaman. Di pagi hari yang cerah, saat kami mulai berkemas untuk pulang, suasana di Pesantren Bismillah terasa berbeda. Ada rasa haru dan kehilangan karena kami harus berpisah dengan teman-teman baru yang hanya dalam waktu singkat sudah terasa begitu dekat. Kami merasa bahwa meskipun datang dari dunia yang berbeda---ada yang berasal dari keluarga yang sangat religius, ada pula yang menganggap agama sebagai bagian dari budaya, atau yang memiliki pandangan hidup yang lebih liberal---kami tetap satu, terikat oleh semangat persaudaraan. Dalam tiga hari berinteraksi, keberagaman yang ada justru menjadi kekuatan yang mempererat kami, seperti sebuah mozaik yang saling melengkapi dan membentuk gambaran yang lebih besar tentang persatuan. Kami merasa bahwa semangat Sumpah Pemuda yang menyebutkan, "Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia," seakan hidup kembali dalam diri kami. Sebuah perasaan bahwa meskipun kami berbeda, kami tetap memiliki satu tujuan, yaitu menciptakan Indonesia yang damai dan harmonis.

Melalui kegiatan bersama yang penuh makna---mulai dari salat berjamaah, belajar bersama, hingga berbagi makanan---kami belajar untuk saling menghargai dan menerima perbedaan. Setiap kegiatan mengingatkan kami akan pentingnya hidup berdampingan dalam keberagaman, sebuah nilai yang sudah diajarkan oleh para pejuang bangsa yang merumuskan Pancasila. Keberagaman bukanlah ancaman, melainkan sebuah kekayaan yang memperkaya bangsa Indonesia. Di sinilah letak kekuatan pendidikan karakter yang harus diajarkan kepada generasi muda. Tidak hanya tentang mencetak individu yang pintar, tetapi juga individu yang mampu mengembangkan sikap toleransi, empati, dan menghargai orang lain tanpa memandang latar belakang. Keberagaman itu harus diterima sebagai suatu keniscayaan, dan kita harus belajar untuk hidup berdampingan dengan penuh kedamaian. Pendidikan karakter yang mengajarkan pentingnya nilai-nilai ini akan mempersiapkan kita untuk membangun masyarakat yang inklusif, di mana perbedaan dihargai sebagai bagian dari kekuatan bersama.

Namun, mewujudkan harmoni dalam keberagaman tentu bukanlah hal yang mudah. Tantangan terbesar dalam masyarakat plural seperti Indonesia adalah bagaimana kita bisa hidup bersama dalam perbedaan tanpa saling menghakimi atau menciptakan jurang pemisah. Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat, seringkali kita terjebak dalam ruang-ruang yang hanya berisi orang-orang yang sependapat dengan kita, yang memperburuk polarisasi. Tetapi, pengalaman selama ekskursi 2024 menunjukkan bahwa untuk mewujudkan keberagaman yang harmonis, kita perlu membuka ruang-ruang pertemuan yang menghubungkan kita dengan orang lain yang berbeda. Ruang-ruang perjumpaan ini haruslah menjadi ruang di mana prasangka dapat dibuang jauh-jauh, digantikan dengan pengenalan dan pemahaman. Itulah mengapa perjumpaan kami dengan para santri di Pesantren Bismillah menjadi begitu berarti. Di sana kami menemukan bahwa meskipun latar belakang kami berbeda, kami dapat berbagi nilai-nilai yang sama tentang pentingnya hidup berdampingan dalam keberagaman.

Ekskursi 2024 ini bukan hanya tentang perjalanan fisik, tetapi juga tentang perjalanan jiwa. Perjumpaan kami dengan para santri telah membuka mata kami akan pentingnya menjaga persatuan dalam keragaman. Melalui pengalaman ini, kami diajarkan untuk tidak hanya menerima keberagaman, tetapi juga untuk merayakannya. Dalam setiap pertemuan yang terjadi, kami menemukan bahwa titik temu antar perbedaan itu ada, dan dengan usaha yang sadar dan terus menerus, kita bisa membangun jembatan yang menghubungkan satu sama lain. Seperti yang dikatakan oleh Kahlil Gibran dalam puisinya, "Keberagaman adalah sebuah anugerah Ilahi," yang mengingatkan kita bahwa setiap perbedaan adalah bagian dari rencana besar Tuhan yang harus dihargai.

Melalui kegiatan ini, saya menyadari bahwa sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab besar untuk mewujudkan harmoni dalam keberagaman. Pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai toleransi dan saling menghargai adalah kunci untuk menjaga persatuan bangsa. Keberagaman bukanlah alasan untuk terpecah, tetapi justru alasan untuk bersatu dan tumbuh bersama. Ekskursi 2024 telah memberikan kami bekal yang tidak hanya berupa pengetahuan, tetapi juga sikap hidup yang akan terus kami bawa dalam perjalanan kami ke depan. Mari kita semua menjadikan keberagaman sebagai kekuatan untuk menciptakan dunia yang lebih baik, lebih damai, dan lebih harmonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun