Mohon tunggu...
jeremy christian
jeremy christian Mohon Tunggu... Wiraswasta - Entrepreneur

Halo.. nama saya Jeremy. Saya merupakan lulusan jurusan arsitektur

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Orientasi dalam Bisnis: Cuan atau Etika?

28 Desember 2023   11:05 Diperbarui: 28 Desember 2023   15:42 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cuan atau etika?" Pertanyaan itu akan sering muncul dalam keseharian pekerjaan kita. Kita bisa saja berprofesi sebagai entrepreneur maupun sebagai karyawan di sebuah perusahaan multinasional, tetapi satu hal yang pasti, kita tidak akan pernah bisa terhindar dari pengambilan keputusan bisnis. Pengambilan keputusan bisnis  bukanlah suatu hal yang mudah. Pengambilan keputusan itu mencakup sangat banyak faktor dan memiliki dampak yang krusial bagi sebuah usaha.

Dalam bekerja, kita pasti memiliki sebuah tujuan atau harapan yang ingin bisa terpenuhi. Harapan itu bisa saja berupa usaha kita mendatangkan banyak profit. Atau bisa berupa  kita bekerja  di sebuah perusahaan yang sehat dan dapat terus beroperasi tanpa ada isu yang berujung ke kebangkrutan atau PHK. Kemampuan perusahaan untuk dapat terus menjalankan operasinya inilah yang kita sebut sebagai keberlanjutan. Pada umumnya, profit yang diperoleh akan mendukung keberlanjutan dari perusahaan. Namun ada beberapa kasus dimana orientasi pada profit tidak sejalan dengan keberlanjutan dari perusahaan.

Bagaimana bisa? Bukankah supaya perusahaan dapat terus beroperasi, perusahaan tersebut harus memiliki profit? Bukankah semakin besar profit atau cuan kita justru semakin bagus? Sebenarnya, keberlanjutan perusahaan tidak hanya bergantung dari besarnya profit semata tetapi ada beberapa aspek lainnya. Salah satu aspek yang memiliki peran dalam keberlanjutan suatu perusahaan adalah tata kelola yang didalamnya mencakup budaya etika perusahaan. Budaya beretika ini adalah suatu tanggung jawab yang wajib dilakukan oleh semua individu dalam perusahaan terutama bagi seorang pemimpin dalam perusahaan. Mengapa? Dalam etika organisasi, kita mengenal istilah set tone at the top yang berarti pemimpin memberikan contoh bagi setiap orang yang dipimpinnya. Jika seorang pemimpin mempraktekan tindakan beretika yang baik, maka akan ditiru oleh setiap orang dipimpinnya demikian juga sebaliknya.

Budaya etika dalam berorganisasi perlu kita lakukan dalam rangka menjaga keberlanjutan dari usaha yang kita miliki maupun perusahaan tempat kita bekerja. Terdapat 6 pilar karakter yang dapat kita gunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan apakah kita merupakan seorang pribadi yang beretika dalam bekerja.

1. Trustworthiness 

Kejujuran adalah nilai paling dasar dari konsep etika yang berarti kita harus menyatakan suatu hal sesuai dengan kenyataannya tanpa ada keinginan untuk menipu atau mengelabui. Sebagai seorang profesional, masing -- masing dari kita harus menjunjung tinggi integritas dan kejujuran sehingga bisa tercipta suatu lingkungan kerja yang kondusif. Kita juga harus bisa menjadi individu yang bisa diandalkan serta memiliki loyalitas.

2. Respect 

Sebagai seorang individu profesional, kita harus memperlakukan setiap orang dengan rasa hormat terlepas dari apapun kondisi serta kedudukan orang tersebut. Ketika kita memperlakukan orang lain dengan rasa hormat, maka orang lain juga akan menjadi segan dengan kita.

3. Responsibility

Seseorang yang bertanggung jawab akan mempertimbangkan secara hati-hati setiap Langkah yang diambilnya. Dengan memiliki rasa tanggung jawab, kita akan mengerjakan setiap hal yang dipercayakan kepada kita dengan maksimal. Itu artinya kita juga akan menjunjung tinggi dan mengaplikasikan nilai moral etika yang baik dalam pekerjaan kita. Kita juga bisa menjadi seorang individu yang dapat mengakui kesalahan dan terus melakukan improvisasi diri. Pekerjaan kita akan dapat terselesaikan dengan baik dan memberi dampak positif bagi banyak orang.

4. Fairness

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun