Politik Indonesia baru-baru ini memang kacau. Tercampur aduk dengan urusan-urusan non politik. Rakyat bertengkar sementara tokoh antagonis duduk santai di pelataran rumah mewahnya.
Wakil-wakil rakyat menganggap diri mereka dewa. Rakyat mengira dewa di sisi mereka. OH BOY, jangan sampai pola ini terulang kembali.Â
Setelah kekalahan Pak Ahok, setidaknya Jakarta sudah pasti dikuasai ormas FPI, entah baik atau buruk saya pun tak berani berandai-andai. Kekuatan kelompok raksasa sekali lagi digunakan para manusia setengah dewa untuk menelanjangi NKRI. Dengan penuh nafsu, sama seperti dulu.
Meski mereka tampak tersenyum dan menjanjikan, mari kita sejenak evaluasi.Â
Beberapa rumor mengatakan segala jenis skema sedang diusahakan untuk menggulingkan pemimpin demokrasi kita saat ini, yang dulu dipuja-puja, yang paling mewakili rakyat, yang kisahnya terdengar sampai ke telinga negeri seberang, yang namanya harum untuk beberapa waktu. Siapa yang setega dan seegois itu untuk menggulingkannya? dan mengapa? tentu hal itu tak akan pernah bisa saya pahami dengan baik. Mari kita sejenak evaluasi.Â
Sejarah merupakan catatan-catatan penting yang telah terjadi di masa tertentu dan membentuk apa yang ada sekarang. Tujuan di pelajari nya sejarah adalah agar kita tidak jatuh ke lubang yang sama. Dan ini justru menjadi fenomena yang tak terhentikan di belahan dunia manapun. Berkali-kali pola yang sama, dengan cara dan tokoh yang berbeda terulang. Setiap negara pasti mengalaminya. Dosen saya kak salimah berhasil memperjelas kaca mata saya dengan rumus polanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H