Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Polisi Cantik, Polisi Ganteng, dan Kita

24 Februari 2012   01:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:15 2408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_164761" align="alignleft" width="265" caption="Polisi-polisi cantik Indonesia (Briptu Eka, Brigadir Avvy, Brigadir Astri). Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-D33jezrNUGw/TcDNCBql_HI/AAAAAAAAB6o/eAYqsa-n6cE/s1600/Polisi%2BCantik%2BIndonesia7.jpg"][/caption] Menurut rekan-rekan, mengapa Bripda Saeful Bahri dari Bandung bisa menjadi heboh di twitter dan ditwit oleh ribuan orang? Bahkan para pesohor pun tak mau ketinggalan, ikut mengomentari “kegantengan” Bripda alumni sebuah Pondok Pesantren tersebut? Saya sempat meyaksikan laporan sebuah stasiun televise mengenai kehebohan Bripda Saeful Bahri ini, dan ketika ditanya apa reaksinya, sang polisi tampak malu-malu menjawab, bahwa dia sebetulnya tidak tahu kalau sedang heboh di twitter. Bahwa ada rekannya sesame polisi yang menyampaikan berita itu, dan dirinya pun ikut senang. Apalagi salah satu artis idolanya, Sherina, ikut mentwitt dia.

Di Kompas Forum pun heboh mendiskusikan hal yang sama. Meskipun demikian, topik yang dibicarakan tidak hanya Bripda Saeful Bahri, tetapi juga fenomena polwan-polwan cantik Indonesia yang wajahnya sudah tidak asing bagi pemirsa salah satu stasiun televisi tanah air. Para polwan cantik itu siapa lagi kalau bukan Briptu Eka Frestya, Astri dan Avvy Olivia.

[caption id="attachment_164763" align="alignright" width="230" caption="Bripda Saeful Bahri yang "]

1330047139896274944
1330047139896274944
[/caption] Sebenarnya tidak hanya di Indonesia saja ketika kita “menghebohkan” polisi cantik. Di negara bekas komunis yang terkenal dengan perempuannya yang cantik-cantik pun sering muncuk kehebohan mengenai polisi cantik ini. Sebut saja negara Polandia, misalnya. Menurut catatan koran terkemuka Inggris, The Guardian (8 April 2011), tercatat lebih dari 15 ribu polisi wanita di Polandia. Mereka dicap oleh media bukan hanya sebagai polisi yang cantik, tetapi juga efektif. Kecantikan tentu berhubungan dengan penampilan, postur rubuh, wajah, tetapi juga pancaran hati. Sementara itu, efektif tentu berhubungan dengan profesionalisme (baca: http://www.guardian.co.uk/world/2011/apr/08/polish-women-communism-better-equality).

Kasus polisi-polisi cantik Polandia sebenarnya menarik untuk disorot. Pertama, hanya setelah keruntuhan komunislah para perempuan gencar memperjuangkan hak-haknya berhadapan dengan dominasi laki-laki. Masih menurut catatan The Guardian, meskipun sekarang belum tercapai kesetaraan gender dalam hal penghasilan, perjuangan kaum perempuan menunjukkan kemajuan sangat penting. Gap pekerja antara laki-laki dan perempuan masih berkisar di angka 15 persen dari total pekerja, di mana perempuan masih dibayar lebih rendah 25 – 35 persen dibandingkan dengan laki-laki. Ini berlaku bagi semua sektor pekerjaan, jadi tidak hanya polisi.

[caption id="attachment_164764" align="alignleft" width="270" caption="Polisi-polisi wanita Polandia yang tidak kalah cantik. Kecantikan mereka memiliki nilai plus. Sumber: http://news-poland.com/upload/news/1506p23916.3.jpg."]

13300472561292180717
13300472561292180717
[/caption]

Kedua, para perempuan Polandia diakui sangat pintar dan cekatan. Mereka tipe perempuan pejuang, pekerja keras, tidak mudah menyerah, dan sanggup mengambil risiko. Karakteristik semacam ini tentu tidak berlebihan. Sebuah website mengenai perempuan Polandia mencatat, bahwa lebih dari 60 persen perempuan di negara yang mayoritas Katolik tersebut melakukan double profession (kerja lebih dari satu). Umumnya mereka bekerja di bidang pelayanan kesehatan (menjadi perawat), menjadi guru, dan dosen. Menariknya, seluruh penghasilan yang mereka peroleh itu ditujukan pertama-tama demi kebahagiaan suami dan anak-anak, dan bukan untuk kesenangan dirinya. Para perempuan Polandia termasuk tipe sangat taat suami, dengan catatan kepercayaan mereka akan sirna dan sulit dikembalikan jika sang suami ketahuan berkhianat (baca: http://www.polishmarriage.org/polishwomen.html). Fenomena polisi cantik di Polandia harus dibaca dalam konteks profesi (kerja), profesionalitas, perjuangan mereka mencapai kesetaraan gender, dan pasar tenaga kerja yang semakin banyak terbuka bagi mereka.

Saya tidak ingin mengatakan bahwa fenomena polisi cantik atau ganteng di Indonesia seharusnya ditempatkan dalam konteks profesionalisme atau sumbangan mereka bagi kemajuan bangsa. Hanya saja, saya agak terganggu (dalam arti positif) dengan salah satu komentar yang saya baca di Forum Kompas (Kompas.com), di mana seorang pembaca memberi komentar begini: “Semoga pekerjaan mereka pun secantik dan seganteng diri mereka.” Saya kira ini komentar yang fair. Kita sering terlalu terbuai dengan imagi, citra, penampilan, atau aspek-aspek lahiriah yang diangkat media massa. Memang ini budaya populer, di mana keseriusan menyimak objek dan mengambil jarak agak sulit tercipta ketika ruang publik didominasi oleh tulisan dan reportase dengan kontrol objektivitas yang rendah. Bagi saya, komentar teman di Forum Kompas ini memberi harapan, bahwa sikap kritis dan mengambil jarak terhadap berbagai imagi di ruang publik itu mutlak perlu dan seharusnya menjadi semacam filter bagi setiap individu.

[caption id="attachment_164765" align="alignright" width="448" caption="Polisi-polisi wanita dari Polandia ketika di foto dari atas-belakang. Sumber: http://www.adrants.com/images/axe_crakow_police.jpg."]

13300473981108702059
13300473981108702059
[/caption] Saya tidak tertarik mengomentari apakah Bripda Saeful Bahri itu memang ganteng atau tidak. Kalau saya bilang lebih ganteng (Briptu) Norman Kamaru, mungkin ada yang marah. Atau, penilaian bahwa Brigadir Avvy memang cantik tetapi belum secantik Agnes Monica. Hahahaha, perdebatan yang tidak akan pernah habis, karena memang soal rasa itu tidak bisa diperdebatkan, seperti kata pepatah Bahasa Latin: de gustibus non est disputandum. Unsur subjektivitasnya begitu tinggi, sama seperti ketika saya begitu mengidolai Agnes Monica tanpa alasan objektif.

Di atas semuanya itu, polisi cantik, polisi ganteng, harus lebih ganteng dan cantik orang Indonesia, ketika kita sama-sama sudah sanggup memerangi korupsi, premanisme, dan konflik sosial di tanah air tercinta ini. Kesuksesan memerangi hal-hal ini akan memosisikan kita sebagai orang yang paling ceriah, suka tersenyum, ramah, murah hati, dan berempati dengan orang lain. Itulah karakteristik kecantikan batin yang jauh lebih cantik melebihi penampilan ayu dan macho para perempuan dan laki. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun