Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Enam Pesan Perdamaian Kenji Goto

3 Februari 2015   15:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:54 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422925235157461080

Pertanyaannya, kalau pun Anda mampu membentak dan memberontak terhadap orang yang menutup matamu, apakah dengan begitu Anda adalah seorang pemenang? Dalam ukuran tentara ISIS, mungkin jawabannya adalah YA. Tetapi tidak dalam pemahaman mistik. Jika dibaca dalam konteks menutup mata berarti menutup akses kepada kenikmatan inderawi, orang yang “menang” karena berontak dari pemaksaan menutup mata sebenarnya mengalami kekalahan secara mistik. Orang ini tidak pernah bisa kembali kepada dirinya sendiri. Selamanya dia akan menjadi terasing dengan dirinya sendiri. Kata Kenji, kesabaran pun akan berakhir dari dalam diri orang itu.

Ini seperti berdoa. Kenji memang betul. Di sini kita mengerti mengapa sering sikap berdoa yang khusuk itu kita lakukan sembari menutup mata. Maknanya sangat simbolik. Menutup mata adalah sikap menghentikan akses kepada dunia luar yang dapat menghalangi seseorang berkomunikasi dengan Tuhan. Kenji benar, karena Tuhan hanya bisa ditemukan dalam keheningan. Tuhan tidak ada di antara hingar-bingar dunia. Tuhan tidak hadir di antara dentuman senapan dan gemuruh bom. Tuhan tidak hadir dalam kehidupan yang penuh siksa dan kekejian mengatasnamakan Dia.

Membenci bukan perilaku manusia .... Bagi saya, ini adalah kesadaran spiritualitas tingkat tinggi yang sudah dialami Kenji. Dia mampu melihat bahwa manusia seharusnya saling mengasihi dan bukan saling menghakimi dan menyalahkan. Saya teringat saya satu filsuf favorit saya, Raimon Gaita. Filsuf asal Australia keturunan Yahudi ini pernah mengatakan, bahwa rasa cinta dan empati manusia kepada sesamanya dapat dan hanya mungkin terjadi ketika kebaikan dari dalam diri kita bertemu dengan kebaikan dari dalam diri sesama. Pertemuan antarkebaikan inilah yang akan menghasilkan Kebaikan (K huruf besar) atau apa yang biasa disebut pengalaman rohani dalam konteks mistisisme. Pesan dari pemikiran Gaita ini sangat sederhana untuk bisa memahami apa yang ditulis Kenji. Manusia itu dalam dirinya adalah baik, dan kebaikan itulah yang dia terima dari Tuhan sebagai baik. Kebaikan ini akan semakin memancar ketika bertemu dengan kebaikan dalam diri orang lain. Artinya, jika dalam relasi dengan orang lain kita berusaha menemukan kebaikan orang tersebut, maka sebetulnya kita akan mengalami apa yang disebut Kebaikan (K besar) itu. Di sini Kenji membuat saya semakin mengerti, bahwa pada dasarnya manusia itu baik. Karena itu, kebencian atau membenci sesama sebenarnya bukan perilaku manusia. Pertanyaan dari mana rasa benci itu masuk dalam kesadaran manusia tidak akan saya diskusikan di sini. Anda pembaca bisa menjawabnya sendiri, terutama jika menghubungkannya juga dengan konteks kebrutalan tentara ISIS.

.... menghakimi adalah wilayah Tuhan. Kenji mungkin tidak belajar teologi, tetapi dia sungguh mengerti penghakiman Tuhan. Ada banyak problem yang bisa didiskusikan di sini. Saya hanya ingin mengatakan demikian, bahwa jika kita diciptakan oleh Tuhan sebagai wujud cinta dan kasihnya, maka Tuhan mestinya menghakimi kita manusia dengan cinta dan kasih pula. Ketika kita salah atau jauh dari kehendakNya, Tuhan menghakimi kita dengan cinta dan kebaikannya. Tuhan akan mengingatkan kita untuk kembali kepadaNya. Dalam pemahaman Kenji, mekanisme ini cukup mudah. Asal orang berani menutup mata dan kembai kepada dirinya, dia akan menyadari seberapa jauh atau dekat hidupnya dari Tuhan. Dalam arti itu, Tuhan sebagai penghakim itu semestinya bukan Tuhan dengan wajah yang garang, bengis, kejam atau yang sedang memegang sebilah pedang untuk siap dihunuskan ke tubuh orang yang tak berdosa. Ini murni kekejian dan balas dendam manusia. Tuhan menghakimi tidak seperti manusia menghakimi dan menghabisi sesamanya. Penghakiman Tuhan adalah tanda cinta dan kasihnya ketika Dia ingin kita kembali kepada kehendakNya. Secara filosofis, penghakiman Tuhan semacam ini menyisakan kebebasan memilih dalam diri kita, dan memang seharusnya demikian.

Itulah yang diajarkan saudara Arab saya. Ini kalimat terakhir dari Kenji dalam twitternya tersebut. Tidak banyak yang bisa ditafsir dari kalimat ini, karena cukup jelas. Kita bisa menyimpulkan, bahwa perjalanan jurnalistik dan persahabatan Kenji dengan orang dari suku dan agama yang berbeda telah mengajarkan dia banyak pelajaran rohani. Mengingat Jepang adalah negara modern nan kaya, pengalaman rohani semacam ini menjadi sangat berharga bagi Kenji. Dia belajar – disebutkan secara jelas bahwa itu dari saudara Arabnya – bahwa manusia pada dasarnya baik sehingga seharusnya saling mencintai. Bahwa manusia seharusnya membangun semangat mistisisme dalam hidupnya dan bukan kekejian dan kebencian. Kenji juga belajar dari sahabatnya, bahwa Tuhan memang menghakimi manusia, tetapi dari disposisi spiritual Kenji, sulit membayangkan penghakiman Tuhan sebagai upaya balas dendam. Tuhan tetap tidak berubah sebagai yang maha pengasih dan pengampun.

Terima kasih, Kenji Goto. Engkau memang sudah tiada, tetapi mewariskan kepada kami kesadaran untuk saling mengasihi, sama seperti Tuhan telah lebih dahulu mengasihi kami. Selamat jalan, saudara. Semoga berdamai dalam kemuliaan kekal bersama Dia sang sumber cinta. RIP!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun