Mohon tunggu...
Jeremias Thomas
Jeremias Thomas Mohon Tunggu... Petani - Merdeka

Pecandu Kata dan Sajak

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Darah Perawan

30 Desember 2020   15:51 Diperbarui: 30 Desember 2020   16:03 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika tangis menjadi gerimis
Pedih dan naluri tak lagi berekspedisi.
Ciuman sinis di pipi pun berganti posisi dan menyusuri segala rupa. Entah hawa napsu beranjak dalam percintaan yang eksotis akan kesetiaan atau perjanjian yang tak teruji dengan kepastian.

Kegadisan yang tak sederajat
Diperjual dengan perasaan.
Begitu keperawanan tak tercengang dengan kesantunan.  
Rasa hormat terhadap darah perawan
Menjadi jalur spontan akan kesetiaan.

Harga diri pun mati.
rahang-rahang kehidupan pun dicincang hingga ngilu tak ada titik kata.
Dan mencintai yang sekedar kontak mata dan kata tersuling rapih dengan persetubuhan yang pragmatis akan percintaan.

"Terima kasih cinta
untuk bercinta"
Kata yang murah terlantun seketika
Ereksi yang tertatih-tatih.
Dan selanjutnya napsu itu adalah solusi pertama jalur kesetiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun