Saat PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) berdiri tahun 1971, salah satu unit usahanya adalah yang bernaung dibawah Balai Besar PJKA dikenal sebagai Restorka, yang awalnya hanya melayani minuman 'Es Siripit'. Kemudian pada tahun 1972 menyediakan menu makanan bagi para penumpang KA Parahyangan, yang dikenal sangat legendaris yaitu Nasi Goreng Parahyangan.
Seiring waktu muncul gambaran kurang baik terhadap menu makanan yang tersedia dalam kereta api jarak jauh, seperti mahal harganya, tidak menggugah selera makan, kurang variatif menunya. Untuk menjawab tantangan perubahan status usaha dan kebijakan sesuai amanat UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, PT Kereta Api Indonesia (Persero) menata organisasi dengan mendirikan berbagai anak usaha.
Restorka secara resmi berubah menjadi PT Reska Multi Usaha (Reska) pada tahun 2003. Usaha utama Reska bergerak di bidang restoran kereta api serta beberapa lainnya seperti retail loko kiosk, catering & cafe, dan perparkiran. Berbagai perubahan layanan pun dilakukan untuk memberikan kenyamanan para penumpang kereta api khususnya yang melakukan perjalanan jarak jauh.
Selain menu makanan yang dimasak & langsung disajikan saat itu juga, telah ada pula makanan beku (frozen food) yang dihangatkan dari beberapa menu makanan pusat perbelanjaan (mall) yang telah akrab di mata, telinga dan lidah seperti D'Cost serta Solaria. Untuk kenyamanan lebih dalam perjalanan, kita pun dapat sekaligus memesan (preorder) makanan favorit saat membeli/memesan tiket kereta api secara online di website resmi.
Nah untuk perparkiran di area stasiun kereta api saat ini, juga telah menjadi wewenang manajemen Reska. Pihak direksi beserta jajaran manajemen Reska telah bersilahturami dan berdiskusi santai mengenai kebijakan parkir dengan para perwakilan pelanggan setia KA, bertempat di Resto Sari Minang Juanda Jakarta Pusat pada 18 Januari 2017 lalu. Edy Soeryanto (Direktur Bisnis Perparkiran PT Reska) didampingi oleh Sapto Hartoyo (Humas Daop 1 PT KAI) & Nyoman Suardhita (Humas PT Reska), memahami bagaimana pentingnya sosialisasi dalam menjawab permasalahan dan kebutuhan layanan restoran KA serta para pengguna parkir di stasiun KA.Â
Reska secara tak langsung melayani sekitar satu juta penumpang KRL & seratus ribu penumpang KA jarak jauh per harinya yang datang ke stasiun, termasuk yang mengakses layanan resto dan perparkiran. Diakui hingga kini layanan Reska masih perlu banyak perbaikan, sehingga juga perlu diberikan masukan yang obyektif dari pelanggan sebagai bagian stakeholders. Segala bentuk kebijakan baru seperti penyesuaian tarif maupun peningkatan kapasitas infrastruktur, pastinya akan disosialisasikan & didiskusikan rincian teknis terlebih dahulu ke stakeholders.
Pelanggan dari Kota Tangerang sangat terkesan dengan inovasi "pre-order" makanan KA yang digabungkan saat pesan tiket melalui KAI-Access. Namun pernah mengalami kendala ketersediaan akibat keterlambatan dalam pengiriman (delivery) ke KA.
Kemudian ada juga pelanggan yang mengingatkan peristiwa diperkenankannya pedagang asongan berjualan di atas KA dalam area Stasiun Cirebon. Izin darurat ini diberikan untuk ketersediaan makanan dalam gerbong penumpang KA. Namun ternyata ada pihak yang mengambil gambar dan menyebarkannya di medsos, seolah-olah tersebar berita pedagang asongan masuk stasiun. Padahal saat itu ada gangguan perjalanan KA dan tidak tercukupinya makanan di Reska, maka atas inisiatif stasiun diizinkan pedagang asongan untuk berjualan. Maka diharapkan pihak Reska dapat antisipasi dengan segera penyediaan makanan dari resto lokal tanpa perlu mengizinkan pedagang asongan masuk ke stasiun.
Menurut Sapto Hartoyo pada titik strategis pada stasiun tertentu diperlukan upaya tersedianya parkir sepeda, selain mendukung kebijakan ramah lingkungan (go green) juga antisipasi alternatif penggunaan alat transportasi. Tak selamanya pengguna KA akan selalu menggunakan ojek online, sepeda motor, mikrolet & bis kota. Dalam jarak dekat penggunaan sepeda akan lebih efisien ditengah kepadatan tinggi lalu lintas seperti di Jabodetabek.
Menanggapi hal ini Edy Soeryanto memastikan awalnya parkir sepeda akan segera tersedia pada tiga stasiun seperti Juanda, Gondangdia dan Kota Tangerang. Dalam program kerja tahun 2017 ini direncanakan akan investasi pembangunan besar-besaran kanopi & parkir bertingkat (double decker) di berbagai stasiun. Dalam membangun infrastruktur ini pihak Reska harus mandiri dalam pendanaan investasi, karena tak mendapatkan subsidi & tidak termasuk dalam PSO (public service obligation) pemerintah. Ini sangat berbeda dengan layanan tarif tiket KRL Jabodetabek dan beberapa KA Ekonomi Jarak Jauh yang termasuk dalam PSO. Sementara itu struktur pembiayaan operasional masih mengalami defisit. Hitungan ini dapat terlihat dalam pengeluaran pajak daerah sesuai Perda setempat sebesar 30%, perizinan sewa lahan 40%, UMK 30%, investasi 30%.