Air merupakan kebutuhan paling vital dalam kehidupan manusia di bumi. Seiring perkembangan pesat jumlah penduduk dunia maka penggunaan sumber daya air pun semakin tinggi, bahkan memiliki kecenderungan tak terkendali tanpa ada upaya pelestarian yang berkelanjutan. Tanah permukaan telah mengalami penurunan serta telah terintrusi oleh air laut, akibat penyedotan air dalam tanah yang dilakukan secara tak terkendali. Kualitas air tanah pun telah mengalami penurunan standar air bersih yang layak konsumsi. Air sungai pun telah tercemar berat oleh limbah domestik rumah tangga maupun limbah kegiatan industri.Â
Wilayah Jakarta yang dikelilingi oleh 13 aliran sungai namun hanya 2 aliran sungai yang layak menjadi air baku pengolahan air bersih, merupakan potret nyata betapa air bersih berkualitas sudah sangat sulit diperoleh. Fakta yang lebih miris lagi Jakarta menjadi langganan banjir baik musim penghujan maupun kemarau. Air yang seharusnya menjadi berkah berubah menjadi malapetaka, termasuk air kiriman dari bagian hulu yang terbuang sia-sia menuju laut. Sementara teknologi pengolahan air untuk mendapatkan air layak konsumsi pun sangat mahal pengoperasiannya.Â
Dalam kunjungan lapangan (genba / visit) ke Instalasi Pengolahan Air Cilandak Jakarta Selatan milik PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) bersama 20 Kompasianer (blogger Kompasiana) pada 7 Desember 2016 lalu, kita akan mendapatkan fakta nyata betapa kualitas air telah memburuk melebihi ambang batas dan betapa sulitnya untuk diolah menjadi air bersih layak konsumsi.Â
Dalam hati berkata: "Wow ternyata Catur Dharma Astra butir kedua dan butir keempat dapat diimplementasikan secara baik dan benar!" Â
PALYJA yang merupakan kolaborasi Suez Environment bersama salah satu anak usaha PT Astra International Tbk yaitu PT Astratel Nusantara (Astratel), telah  menjadi mitra PT PAM Jaya dalam mengelola air bersih di Wilayah Bagian Barat Jakarta mulai tahun 1998 hingga 2023. Air baku yang dipergunakan oleh PALYJA merupakan air permukaan yaitu waduk dan sungai, sehingga dapat mengurangi percepatan penurunan muka tanah & intrusi air laut. Kali Krukut dan Cengkareng Drain merupakan hanya  2 dari 13 sungai di Jakarta yang layak sebagai sumber baku air,  namun dengan kualitas & kuantitas yang semakin memburuk. Sebuah studi yang dilakukan oleh PAM Jaya menilai bahwa ketahanan air bersih di Jakarta hanya sekitar 3%. 2 operator air bersih baru dapat memenuhi kebutuhan air sebesar 17.000 liter per detik dari total kebutuhan air penduduk Jakarta sebesar 26.100 liter per detik. Kebutuhan air untuk sekitar 10 juta penduduk Jakarta diperkirakan 100 liter/hari/orang, maka ada defisit sebesar 9.100 liter per detik yang harus terpenuhi.
Kemudian Rizky Galuh Darmadi menunjukkan area RWI (raw water inlet/intake) tempat pintu masuknya air baku dari Kali Krukut. Akan ada sistem pemisahan air menuju area pra-sedimentasi dan berbagai macam sampah menuju tempat penampungan sampah sementara. " 'Bonus' kiriman Kali Krukut ini dapat mencapai 6 kubik per harinya, mulai dari sampah plastik, kayu, hingga pernah sofa, kasur lipat serta bangkai binatang," ujar Rizky Galuh Darmadi yang bergabung bersama PALYJA di tahun 2007 & sudah bertugas di Cilandak tahun 2012, sambil tersenyum. Nah seandainya membiasakan memilah sampah sesuai kategori dari lingkungan rumah tangga masing-masing, maka semua sampah dapat memberi manfaat jika dikelola sesuai kategorinya, seperti menjadi pupuk kompos, kerajinan daur ulang, bahan baku daur ulang, sumber energi terbarukan.
IPA Cilandak seluas 95.367 m2 ini diresmikan oleh Pj Gubernur DKI Jakarta Letjen (Mar) Ali Sadikin pada 27 April 1977, memiliki beberapa potensi gangguan operasional seperti banjir, gempa, kebakaran dan kebocoran gas klorin. Ternyata hanya 5,7% saja air baku yang berasal dari sungai di Jakarta, yaitu 1,7% dari Kali Cengkareng Drain dan 4% dari Kali Krukut.  Sisa kebutuhan 94,3% air baku berasal dari Waduk Jatiluhur (62,5%) serta membeli air bersih curah dari PDAM Tangerang (0,8% IPA Cikokol & 31% IPA Serpong)
Pertama kali banjir pada tahun 2006 dan yang terakhir pada 19 Agustus 2016 lalu telah melumpuhkan proses pengolahan/produksi air dan distribusi air ke pelanggan. Ternyata ada coretan histori banjir pada dinding gedung lobi kantor, seperti yang ditunjukkan oleh Alfi Sugianto (Facility Ofiicer IPA 3 Cilandak PALYJA). Instalasi telah memiliki mekanisme status siaga saat terendam banjir. Kegiatan pengolahan dan produksi dihentikan dalam kondisi Siaga 2, namun kegiatan distribusi air bersih ke pelanggan tetap berjalan.
IPA Cilandak awalnya tidak dirancang untuk pengolahan air dengan kandungan polutan tinggi, maka diujicobakan setelah melihat keberhasilan penerapan teknologi MBBR oleh PALYJA pada bulan Juli 2015 di Instalasi Pengambilan Air Baku Kanal Banjir Barat yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Hasil aplikasi teknologi MBBR tersebut mampu mengeliminasi amonium hingga 87%. MBBR ini merupakan media berbahan material HDPE (high density polyethelyne) yang menjadi rumah tinggal bagi bakteri (mikroorganisme) alami (seluas 500 m²/m³), menggunakan teknologi METEOR® hasil inovasi Degremont Prancis dengan asupan oksigen terlarut ± 5 mg/L yang dilengkapi blower sebagai sistem aerasi. Segala macam polutan akan menjadi makanan dari bakteri yang hidup alami di air tersebut.