KompasTV yang bermotto Enlightening People & sebagai penyalur informasi yang akan menjadi Inspirasi Indonesia, kembali menyelenggarakan Festival Film Pendek Indonesia (FFPI) 2016. Dalam kompetisi FFPI 2016 yang sudah berlangsung dari Oktober - Desember 2016 ini, mengangkat tema "Humanisme" yang mengandung sarat makna kemanusiaan yang mendalam.
Terciptanya para sineas baru yang berasal dari kalangan pelajar & mahasiswa ini, merupakan komitmen KompasTV yang sesuai dengan cita-cita Jakob Oetama sang pendiri Kompas yaitu tidak boleh berhenti untuk menumbuhkan harapan bagi bangsa.Â
Dalam Final FFPI 2016 yang diselenggarakan di Bentara Budaya Jakarta pada 20 Januari 2017 lalu, kategori Pelajar didominasi oleh film pendek asal sineas daerah seperti SMA Rembang Purbalingga Jawa Tengah (film "Izinkan Saya Menikahinya"), SMA Khadijah Surabaya Jawa Timur (film "Mata Hati Djoyokardi"), SMA Negeri 1 Muara Enim Palembang Sumatra Selatan (film "2 Hati"), SMK Negeri 5 Bandar Lampung (film "Kihung (Jalan Menikung)"), SMK Negeri 2 Kuripan Lombok Timur NTB (film "Terminal").
Sementara untuk kategori mahasiswa didominasi oleh Universitas Bina Nusantara Jakarta (dengan dua film yaitu "Different" & "Di Ujung Jari"), Universitas Negeri Jakarta (film "Merengguk Asa Di Teluk Jakarta"), Sekolah Tinggi Multimedia MMTC Jogja (film "Omah"), Institut Kesenian Jakarta (film "I Love Me").
Dewan Juri mengapresiasi para sineas daerah yang mendominasi kategori pelajar. Ini membuktikan bahwa tidak benar ada mitos bahwa karya sineas asal Jakarta selalu lebih baik dari para sineas asal daerah. Kata "humanisme" banyak orang yang relatif dapat memgucapkannya, namun belum tentu secara otentik dapat mengartikannya. Dalam proses penjurian dilihat dari kesesuain tema dan kesegaran perspektif, tanpa melihat pengotakkan apakah film itu berjenis animasi, dokumenter ataupun fiksi.
" I Love Me" akhirnya mampu menjadi kampiun kategori mahasiswa, sementara "Izinkan Saya Menikahinya" mampu menjadi kampiun di kategori pelajar. Meskipun film "Different" hanya menyabet juara kedua (runners-up) di kategori mahasiswa, namun memiliki keunikan yaitu sebagai film animasi yang secara teknis mampu menyampaikan nilai humanisme yang sangat mendalam. Berkisah seorang lelaki yang memiliki ketertarikan pada seorang wanita yang berstatus sosial lebih tinggi darinya. Kemudian dengan cara unik berusaha memberikan perhatian pada sang wanita, berbagi rasa kebahagiaan melalui alunan gitarnya.Â
Dalam diskusi interaktif saat pemutaran film Final FFPI 2016, sang sineas Universitas Bina Nusantara bernama Gerald mengatakan bahwa proses film ini dibuat selama kurang lebih enam bulan sebagai tugas akhir (skripsi) masa perkuliahan. Berbagai macam perumpamaan digambarkan pada setiap adegan. Kotak berbeda warna dalam menggambarkan realita pengkotakan status sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat. Lalu lalang mobil di jalanan menggambarkan berbagai macam permasalahan dalam setiap status sosial di masyarakat.
Lelaki yang berubah warna saat bermain gitar menggambarkan bahwa setiap orang dapat melakukan berbagai cara unik untuk dapat memberikan rasa berbagi kebahagiaan pada orang lain. Mobil yang berantakan menggambarkan bahwa sebenarnya perbedaan / penghalang hanya sebuah ilusi saja diantara manusia. Jadi penghalang tersebut hanyalah berasal dari dalam diri manusia itu sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H