Alkisah, suatu waktu, Walt Disney mengantarkan kedua putrinya ke Griffith Park. Sembari menunggu mereka bermain di area komedi putar, lalu Walt Disney menyalakan proyektor imajinasinya. Terselip rasa bahagia ketika melihat keriangan dari anak-anaknya saat bermain.Â
Kemudian ia membayangkan ada ribuan keluarga yang dapat menikmati aneka permainan di taman yang jauh lebih luas dan besar. Dalam benak imajinasinya, lahirlah Taman Hiburan Dunia untuk pertama kalinya. Children's Fairyland (AS), Efteling (Belanda), Tivoli Gardens (Denmark), merupakan sederetan taman-taman lainnya yang kemudian dikunjungi oleh dirinya untuk mendapatkan inspirasi serta mewujudkan konsep imajinasinya.Â
Now, taman hiburan itu telah terwujud dan dikenal sebagai DisneyLand.
Sementara itu, teknik imajinasi juga melekat pada dahsyatnya ayunan tongkat golf sang maestro Jack Nicklaus. Dalam bukunya Golf My Way (1976), ia membeberkan bagaimana lintasan bola sudah terbayang saat tongkat mau diayunkan dalam proyeksi pertama. Kemudian datanglah proyeksi kedua, yakni bagaimana menghasilkan jalan bola yang sesuai keinginan ketika dipukul.
Imajinasi ternyata sangat menentukan pemberdayaan inovasi seseorang maupun perusahaan. Dalam buku berjudul 365 Tao, Deng Ming-Dao menyatakan imajinasi memiliki kemiripan dengan mimpi. Ketika imajinasi sengaja memang untuk diciptakan, mimpi dihasilkan lewat alam bawah sadar.
Sebuah proyektor akan membuat film hidup dari penyatuan aneka gambar. Kemiripan ini pula ada dalam yang namanya imajinasi sebagai alat kreatif dari otak manusia.Â
Bagaikan seorang sutradara yang sangat berkuasa, dalam imajinasi kita dapat mengedit setiap adegan dalam menciptakan film yang sempurna. Sedangkan dalam mimpi kita terjerumus dalam emosi yang dijalani, serta tak memiliki daya dan kuasa untuk mengontrolnya.
Diriku mulai punya gambaran betapa hebatnya kiprah beberapa nama dalam kegiatan mengakuisisi. Misalnya Fanny Kho yang berlatar belakang seorang Notaris yang juga mantan Hakim. Beliau mencaplok kepemilikan perusahaan perdagangan farmasi milik orang Belanda pada tahun 1982, dan hingga saat ini keluarganya tetap menjadi pemegang saham mayoritas perusahaan yang telah hampir 67 tahun telah Bekerja Sepenuh Hati untuk Indonesia.
Trus ada nama Erick Thohir yang dikenal berlatar belakang sebagai pemilik perusahaan media. Kelihaiannya yang tersorot publik adalah dalam mencaplok kepemilikan beberapa sports club seperti DC United (MLS) dan Philadelphia 76ers (NBA) pada tahun 2012, serta Internazionale Milan (Liga Italia) pada tahun 2013.