Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Siap Nomor Satu dengan Satu Hati

31 Oktober 2018   15:59 Diperbarui: 31 Oktober 2018   17:37 3399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wan Fauzi bersama Ganding Toolsindo Siap Naik Kelas dan Awet Berkelanjutan [Foto:JepretPotret]]

"Saat ini masih menjadi 2nd-tier supplier AHM. Target dalam tiga tahun ke depan, sudah dapat menjadi 1st-tier supplier AHM," ujar Wan Fauzi Toyib (Presiden Direktur PT Ganding Toolsindo) dengan mantap, di sela-sela acara Konvensi QCC YDBA pada 21/09/2018 lalu. 

Baru beberapa bulan ini, PT Ganding Toolsindo telah menjadi bagian pemasok tingkat kedua (2nd-tier supplier) bagi PT. Astra Honda Motor (AHM). Suplai onderdil/suku cadang (spareparts) yang tak langsung dikirim ke pihak AHM, namun dikirim ke pihak pemasok tingkat pertama (1st-tier supplier) AHM, yakni PT. Exedy Manufacturing Indonesia. 

Perbaikan berkelanjutan dalam manajemen usahanya, Wan Fauzi sangat optimis dalam tiga tahun lagi akan dapat menjadi pemasok tingkat pertama bagi AHM. Wah, wah, rupanya telah siap menjadi nomor satu dengan satu hati (one heart). 

Selama tiga kali terakhir penyelenggaraan Konvensi Quality Control Circle(QCC) YDBA bagi Mitra UKMM-nya, para insan Ganding Toolsindo selalu dapat menjadi finalis dalam kontes ala budaya Kaizen tersebut. Torehan prestasi para insan Ganding Toolsindo, membuktikan adanya perbaikan budaya kerja secara konsisten di setiap lingkungan unit kerja. Ganding Toolsindo telah dinobatkan sebagai UMKM Mandiri oleh YDBA pada tahun 2007.

Ganding Toolsindo resmi menjadi anggota Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) pada tahun 2006. 
Jajaran manajemen dan karyawan Ganding Toolsindo oleh Wan Fauzi diikutsertakan dalam berbagai macam program pelatihan pembinaan UMKM yang sangat kental dengan budaya Kaizen (continous improvement).

Program pelatihan itu antara lain basic mentality, PDCA, QCC, manajemen 5S/5R, K3L, CRP, TPM, LPS, PPIC, HRODP. Sementara Wan Fauzi sendiri telah mendapatkan semua pelatihan manajemen khas Astra tersebut selama berkarir di industri otomotif Grup Astra. 

"Saya sempat meniti karir sebagai engineer di Grup Astra selama hampir 20 tahun," ujar Wan Fauzi, yang sempat berkarir sebagai engineer di beberapa industri otomotif seperti di Toyota Astra Motor (1980-1988), Astra Daihatsu Motor (1988-1996), Fuji Technica Indonesia (1996-2000).

Pria berusia 63 tahun yang kelahiran kota Palembang ini, telah lama ada keinginan untuk menjadi seorang pengusaha. Peluang itu justru datang dalam situasi krisis moneter 1998 yang tengah melanda tanah air. Ada teman dari Malaysia yang menawarkan pekerjaan untuk membuat dies. Dengan harga yang relatif bagus ini, dianggapnya sama saja mendapatkan dolar ketika rupiah tengah mengalami keterpurukan. 

"Bisa mengembangkan diri dan dapat menerapkan ilmu yang didapat," ungkap Wan Fauzi, menjelaskan filosofi dalam mendirikan usaha.

Wan Fauzi mendirikan usaha manufaktur berskala kecil pada tahun 1998, dibawah nama perusahaan milik sang adik yang bernama PT. Sumatra Nikarya. Pengelolaan operasional usaha pun diserahkannya pada sang adik, karena dirinya yang masih sibuk berkarir pada pekerjaannya.

Awalnya perusahaan menyewa tempat usaha yang berlokasi dalam kawasan Perkampungan Industri Pulogadung Jakarta Timur. Di atas lahan 6x12 meter, usaha dimulai dengan 5 karyawan. Produk small dies langsung diekspor ke pelanggan pertamanya, yakni Autokeen Sdn Bhd di kawasan Syah Alam Malaysia. 

Dua tahun kemudian pria alumnus Fakultas Teknik Mesin ISTN Jakarta ini, mengundurkan diri dari Fuji Technica Indonesia untuk dapat fokus dalam mengembangkan usaha ke dalam skala besar. Dengan membawa nama usaha sendiri, perusahaan diberi nama Ganding Toolsindo. 'Ganding' dalam makna Malaysia memiliki arti 'join', dan dalam bahasa Jawa bermakna 'gandeng'. 

Seiring pesatnya perkembangan usaha Ganding Toolsindo, Wan Fauzi merelokasi pabrik ke wilayah Cibarusah di Cikarang Kabupaten Bekasi pada tahun 2000. Didukung permodalan usaha dari salah satu perbankan milik pemerintah, pembangunan pabrik dan pengadaan mesin dilakukan di atas lahan hampir seluas 4.000 m2.

Wan Fauzi memegang produk Door Sash [Foto:JEPRETPOTRET]
Wan Fauzi memegang produk Door Sash [Foto:JEPRETPOTRET]
Wan Fauzi memegang produk seat cushion [Foto:JepretPotret]
Wan Fauzi memegang produk seat cushion [Foto:JepretPotret]
Perluasan usaha dilakukan kembali pada tahun 2004. Ganding Toolsindo menambah satu pabrik untuk peningkatan kapasitas produksi, yang berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicone Lippo Cikarang Bekasi. Bangunan pabrik seluas 800 m2 tersebut, berdiri di atas lahan seluas 1.200 m2. 

Seusai melakukan ekspor perdana ke Autokeen, Ganding Toolsindo mendapatkan kepercayaan untuk mengirimkan produk terbaiknya ke tiga perusahaan Malaysia lainnya. Nama perusahaan itu adalah Masa Sinar Holding SDN.,BHD, Proton Hicom Nagoya Industries (PHN) SDN.,BHD, dan Burnmark SDN.,BHD. 

Ganding Toolsindo tak hanya memproduksi dies, jig, checking fixture, part stamping, mold, untuk kebutuhan peralatan industri berpresisi saja. Namun Ganding Toolsindo juga merambah sebagai produsen komponen otomotif untuk kendaraan roda dua dan roda empat. 

Komponen otomotif ini antara lain adalah jigs untuk Toyota Motor Mfg Indonesia sejak 2003, dies untuk Menara Terus Makmur (anak usaha Astra Otoparts) sejak 2008, part mobil Isuzu melalui Fuji Technica Indonesia sejak 2010, sparepart mobil Daihatsu melalui Astra Komponen Indonesia sejak 2015, dan sparepart sepeda motor Honda melalui Exedy Mfg Indonesia sejak 2018.

Nah, ternyata Ganding Toolsindo dalam urusan permodalan dan manajemen usaha turut pula didukung oleh PT. Astra Mitra Ventura ("AMV"). Wan Fauzi menyatakan ada kelebihan dari AMV, yang sangat membantu perkembangan usahanya. 

Dalam pengajuan pinjaman usaha ke AMV, tak mensyaratkan investasi dalam pembelian peralatan mesin industri yang baru. AMV memperbolehkan pinjaman usaha untuk pembelian peralatan mesin industri seken. Ini karena AMV dapat melihat kelayakan operasional dari mesin seken. Sementara kredit usaha dari perbankan mensyaratkan untuk pembelian peralatan mesin yang masih baru. 

Bergabung menjadi debitur AMV pada tahun 2006, Ganding Toolsindo mengajukan kredit awal sebesar Rp. 500 juta. Tercatat telah tujuh kali pinjaman usaha yang dinikmati oleh Ganding Toolsindo, dimana masa peminjamannya berakhir dengan catatan baik. Pinjaman terakhir sebesar Rp. 1 Milyar yang telah berjalan dua tahun ini, Ganding Toolsindo telah ditawarkan pinjaman usaha berikutnya oleh AMV. 

Wan Fauzi mengakui kenyamanan selama menjadi debitur AMV. Layanan jasa pembiayaan ventura AMV menggunakan sistem bagi hasil selama lima tahun, yang sangat mirip dengan sistem syariah. Ketika ada kendala dalam masa pelunasan kredit, AMV memberikan layanan fleksibel yang sesuai kondisi keuangan usahanya saat itu.

Wan Fauzi bersama Ganding Toolsindo Siap Naik Kelas dan Awet Berkelanjutan [Foto:JepretPotret]]
Wan Fauzi bersama Ganding Toolsindo Siap Naik Kelas dan Awet Berkelanjutan [Foto:JepretPotret]]

Penasaran dengan kiprah AMV, maka kusempatkanlah untuk berkunjung ke gubuk besar AMV di kawasan Sunter Jakarta Utara pada 29 Oktober 2018 lalu. AMV yang dikenal sebagai salah satu institusi #AstraFinancial, telah melayani jasa pembiayaan dan pendampingan usaha sejak 1992. 

Kebetulan sekali ada tim AMV yang akan segera meluncur ke salah satu debiturnya di daerah Cileungsi Kabupaten Bogor. Reyuko Syahrudin (Head of Account Development & Marcomm Astra Mitra Ventura) meluangkan waktunya sesaat untuk berbincang.

Anak usaha PT. Astra International Tbk ini, memberikan layanan prima bagi Debitur dan Pasangan Usaha-nya. Ini tak lain untuk menjadikan usaha dapat tumbuh dengan tangguh, serta dapat mencapai kemandirian untuk menjadi usaha yang modern. Pola pembiayaan dari AMV berupa Penyertaan Saham Langsung, Obligasi Konversi, dan Bagi Hasil. Kriteria Pembiayaan ini ditujukan pada skala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta Koperasi, yang ditekankan pada industri padat karya. 

Industri yang termasuk kriteria pembiayaan antara lain: usaha berorientasi ekspor/substitusi impor seperti industri komponen otomotif, alat berat, peralatan kedokteran dan kesehatan, furnitur, kerajinan/souvenir. Kemudian industri produk pertanian, peralatan pertanian, rekondisi peralatan maupun daur ulang limbah, serta jasa perdagangan berbasis produk ekspor. 

"YDBA termasuk yang turut membidani kelahiran AMV," ungkap Reyuko lebih lanjut.

Reyuko Syahrudin [Foto:JepretPotret]
Reyuko Syahrudin [Foto:JepretPotret]
AMV yang bersinergi dengan YDBA, melakukan Program Pendampingan dan Pengembangan Usaha bagi UMKM Mitra YDBA. Banyak UMKM yang bergerak dalam industri kecil manufaktur pembuatan komponen otomotif, serta bengkel kendaraan R2 & R4 yang tergabung dalam Himpunan Bengkel Binaan YDBA (HBBA). 

Reyuko lalu menjelaskan bahwa PT. Ganding Toolsindo merupakan salah satu debitur AMV yang memiliki rekam jejak baik. Usaha dapat tumbuh berkelanjutan dengan kaderisasi kepemimpinan yang mulus. Kedua putra dari Wan Fauzi kini telah memulai proses regenerasi tongkat kepemimpinan, dengan duduk dalam jajaran direksi.

Reyuko juga menyatakan ada berbagai macam layanan AMV dalam mendukung keberlangsungan usaha para debitur dan partnernya. Misalnya kegiatan temu pasar, pelatihan khusus sesuai kebutuhan debitur. AMV telah pula melakukan sosialisasi jasa Invoice Financing pada bulan Juli 2018 lalu. Ini terkait menjaga kualitas arus kas (cashflow) perusahaan para debitur dan partner AMV, dalam usaha meningkatkan produktivitas.

"Debitur AMV yang manufaktur, ketika melakukan kegiatan penagihan harus sesuai dengan term of payment (TOP)," jelas Reyuko.

Debitur AMV ini merupakan pemasok tingkat kedua dan pemasok tingkat kedua, yang akan melakukan penagihan sesuai kondisi pembayaran (term of payment). Pemrosesan tagihan akan cair dalam rentang waktu 45 hingga 90 hari setelah pengiriman tagihan diterima. AMV menjembatani dengan Invoice Financing, akan membeli tagihan tersebut senilai 70% dari nilai tagihan. Pencairan akan dilakukan dalam satu hingga dua hari. 

Ini akan sangat membantu perputaran modal kerja usaha dari debitur AMV, untuk melakukan pembelian material dalam kegiatan produksi berikutnya tanpa perlu menunggu waktu pencairan tagihan. Pihak Anchor pun sangat diuntungkan, dengan penguatan modal kerja usaha dari supplier-supplier yang merupakan debitur (Debtor) AMV. 

Wah, telah ada gambaran bagaimana kiprah AMV yang memiliki visi menjadi Perusahaan Modal Ventura yang utama dalam menjalin kemitraan dengan UMKM. Salah satunya adalah penguatan Industri Kecil Menengah (IKM) bidang manufaktur yang menyuplai kebutuhan komponen industri otomotif. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun